Postingan

Gypsies (Josef Koudelka)

Gambar
Buku ini menampilkan foto-foto yang diambil Josef Koudelka antara 1962-1971 di tanah kelahirannya Czechoslovakia dan di pedesaan Romania, Hungaria, Prancis dan Spanyol. Subjek utamanya adalah orang-orang Gypsi Romani. Disebut sebagai adikarya fotografer terhebat abad ini, perlu waktu lama bagi saya untuk "berani" menulis ulasannya di sini. Jadi agak naif untuk mengklaim ulasan ini memberi analisis mendalam atas karya tersebut. Ini sekadar apresiasi personal seorang pembelajar. ^_^ Yang menarik tentang kaum Gypsi Roma bagi Koudelka adalah gaya hidup mereka yang nomadik, wajah mereka yang dramatik. Dia juga tertarik pada musik dan budaya orang Gypsi. Setiap musim panas sepanjang hampir sepuluh tahun tersebut, Koudelka mendatangi mereka, hidup di tengah mereka, berbaur dan menjadi bagian dari komunitas ini. Gypsies dibuka dengan menampilkan foto seorang pria sedang bersandar di dinding luar sebuah bangunan. Posenya terbaca seolah sedang mempersilakan seorang yang tak d

Haiku

Gambar
Jepang memiliki tradisi puitis yang panjang dan mengakar. Seorang yang hidup di lingkungan kerajaan Jepang klasik harus cakap menggubah syair untuk setiap kesempatan. Orang-orang pada saat itu senantiasa menyelipkan puisi dalam percakapan dan surat menyurat. Jika dia tidak bisa menyusun puisi dengan seketika, posisinya terancam. Bisa-bisa dia dipandang sebagai seorang tidak cakap dan kasar. Salah satu varian puisi Jepang yang terus digemari hingga sekarang dan mulai menyebar ke seluruh penjuru adalah haiku. Kepiawaian menyelipkan haiku dalam percakapan bahasa Jepang barangkali merupakan ukuran kehalusan berbahasa, sebagaimana kepiawaian orang Melayu berpantun. Haiku disebut sebagai salah satu ekspor budaya Jepang yang paling sukses. Haiku adalah puisi singkat terdiri atas tiga baris dengan rima suku kata 5-7-5. Isi haiku biasanya mengungkap pergantian musim dan perasaan yang terkait dengannya. Setiap haiku memuat setidaknya satu kata yang merujuk pada musim atau alam. Keunika

Children (Sebastião Salgado)

Gambar
Saya terhenti lama di halaman 46. Tatapan anak itu seperti mengalirkan energi, lembut sekaligus kuat, menghangatkan. Lengan kanannya putus. Baju kusamnya terpasang miring di bahu, terlalu longgar untuk ukuran tubuhnya. Tanpa kata-kata, seluruh kisah hidupnya tersirat lewat sorot mata. Keadaannya memang menyedihkan, tapi wajahnya menunjukkan keikhlasan luar biasa. Dari caption kita tahu dia berada di sebuah sekolah untuk anak-anak pengungsi di Sudan. Foto diambil tahun 1995. Sejujurnya, setiap potret dalam buku ini dapat membuat kita tertegun. Diterbitkan Taschen pada 2016, buku foto karya Sebastião Salgado ini menampilkan 90 potret anak-anak migran dan pengungsi dari berbagai belahan dunia. Semua berusia di bawah 15 tahun. Dari jalanan di Angola dan Burundi, sudut-sudut kota kumuh di Brazil, hingga kamp-kamp yang terserak di Afghanistan, Sudan, Lebanon, dan Irak. Setiap kali Salgado datang ke suatu tempat, anak-anak adalah kelompok yang menyambutnya paling antusias. Digerakk

Vivian Maier: Street Photographer (John Maloof)

Gambar
Penemuan anumerta koleksi foto jalanan milik Vivian Maier adalah sebuah cerita penting dalam sejarah fotografi. Terbilang istimewa bukan hanya karena foto-fotonya baru terungkap setelah pemotretnya wafat, namun juga karena sosok unik sang fotografer. Vivian Maier (1926-2009) bekerja sebagai pengasuh anak di Chicago. Dia memanfaatkan waktu senggangnya untuk memotret. Objek yang menarik perhatiannya adalah adegan-adegan keseharian yang ditemukannya di jalanan barat daya kota Chicago. Bukan hanya orang, Vivian Maier juga menaruh perhatian pada detail-detail tak bergerak sepanjang pelataran kota. Dia memotret dari tahun 1950-an sampai akhir 1990-an. Tapi sepanjang hidupnya, dia tak pernah mencuci film jepretan kameranya. Dia tak pernah melihat (dan memperlihatkan) hasil jepretannya kepada siapa pun. DIa memotret hanya untuk kesenangan sendiri. Semua gulungan filmnya hanya disimpan. Jumlah film negatif yang dihasilkannya mencapai lebih dari 100,000 lembar. Tumpukan koleksi  film i

Pemberontakan seorang "Freelance Monotheist"

Gambar
Through the Narrow Gate biografi Karen Armstrong yang pertama Para pemuka Katolik Roma di Inggris mungkin butuh waktu lama untuk bisa memaafkan Karen Armstrong. Tiga belas tahun setelah meninggalkan biara Holy Child Jesus, Karen yang kini terkenal sebagai komentator masalah-masalah agama di Eropa dan Amerika menulis dua otobiografi yang dengan sangat tajam mengkritik kehidupan religius di sana. Kedua otobiogafi itu -- Through the Narrow Gate (1981) dan Beginning the World (1983) -- disebut-sebut sebagai catatan yang paling blak-blakan tentang kehidupan serba ketat di biara. Lewat kedua buku itu, mantan biarawati ini seperti menelanjangi sesuatu yang sudah lama disembunyikan di balik keengganan mengusik lembaga keagamaan yang sudah mapan.