Postingan

MILK AND HONEY (by Rupi Kaur)

Gambar
Anak saya yang minta dibeliin buku ini. Tapi entah kenapa dia ga jadi membacanya. Dibiarkan tergeletak di meja saya. Akhirnya saya yang baca, saat santai sebelum tidur semalam. Mungkin dia tidak suka melihat sketsa pertama yang dijumpainya. Bait puisi di tengah bukaan paha. Ini buku puisi dan prosa pendek. Isinya curhat remaja. Catatan personal singkat-singkat, diimbuhi beberapa sketsa pensil di hampir setiap halaman. Banyak ruang kosong untuk m enarik napas. Lumayan ada kedalaman di beberapa tempat, tapi sebagian sangat besar adalah kegalauan remaja  dalam urusan cinta, pergaulan sebaya, hubungan dengan orang tua (terutama ayah dengan anak perempuan), dan mau apa dengan hidupnya.   Hal lain yang menarik bagi saya adalah bahwa buku ini pertama kali diterbitkan sendiri oleh Rupi Kaur pada November 2014, lalu segera menjadi best-seller memuncaki daftar buku terlaris di Amerika Utara. Akhirnya penerbit Andrews McMeel meliriknya dan menerbitkan kembali pada Oktober 2015. 

Moments of Mindfulness (Danielle & Olivier Föllmi)

Gambar
Lima buku cantik ini adalah karya kolaborasi Daniela dan Olivier Föllmi. Kelimanya seperti pil penyegar buat saya. Saya sering membuka-buka buku ini secara acak sewaktu-waktu. Kadang saya membukanya untuk menikmati teksnya saja, kadang hanya untuk menikmati fotonya. Baik teks maupun fotonya seperti berbicara kepada saya dengan pesan dan kesan berbeda setiap kali, tergantung suasana hati dan pikiran saat membukanya. Masing-masing buku dalam serial ini menyandingkan satu foto karya Olivier Föllmi dengan sepenggal teks kutipan sarat makna pilihan istrinya, Daniela. Foto dan teks memiliki tema selaras, dikelompokkan ke dalam lima tema: African Wisdom, Buddhist Offerings, Indian Wisdom, Latin Spirit, dan The Wisdom of Asia. Setelah sekian bulan menikmatinya, saya bisa merasakan bahwa tiga di antara lima jliid buku ini lebih dekat di hati Föllmi dibanding dua lainnya. Foto-fotonya tampak lebih kuat, teks-teks pilihannya berisi lebih dahsyat. Pilihan dan urutan foto dan teks ter

Atonement (Novel)

Gambar
Menulis novel ternyata bisa dipilih sebagai jalan penebusan dosa bagi pengarangnya. Caranya, dengan memberikan akhir bahagia bagi dua kekasih yang tak dapat menggenapkan cinta mereka dalam kehidupan nyata lantaran kesalahan yang dibuat oleh si pengarang. Itulah yang dilakukan Briony, tokoh novelis dalam Atonement, karya Ian McEwan. Ian McEwan barangkali tidak terlalu dikenal di Indonesia, karena sepertinya belum ada satu pun karyanya yang diterjemahkan di sini. Di Inggris dia bereputasi sebagai penulis fiksi yang gemar menampilkan kisah roman berbumbu kekerasan dengan orang-orang yang punya kelainan psikis dan paranoid (dalam novel pertamanya The Cement Garden (1978), misalnya, tokoh utamanya mengubur ibu kandungnya sendiri di bawah lantai kamar yang kemudian dilapisi semen). Atonement (2001) adalah novelnya yang kesembilan, mengeksplorasi tema keluarga, cinta, dan permaafan. Novel ini dibagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama berlangsung pada suatu hari di musim panas

Apa Saja Hak Seorang Pengarang?

Gambar
Naskah sudah selesai ditulis. Kerja keras sekian lama itu akhirnya berbuah: naskah siap untuk dikirim ke penerbit. Selamat. Sebelum menandatangani kontrak penerbitan, sebaiknya Anda sebagai pengarang mengetahui dengan baik apa saja hak Anda sebagai seorang pengarang pencipta sebuah karya. Menurut Undang-Undang Hak Cipta (UU No. 28/2014), kepemilikan hak cipta atas suatu karya muncul secara otomatis dengan terciptanya karya tersebut. Pengarang sebagai pemilik hak cipta suatu karya memiliki  hak moral  dan  hak ekonomi  atas ciptaannya. Hak moral  melekat secara abadi pada diri pengarang: hak untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya sebagai pencipta karya tersebut, untuk menggunakan nama samaran, untuk mengubah isi, judul, anak judul ciptaan. Jadi, orang tidak boleh seenaknya mengganti nama pencipta suatu karya, mengubah judul atau isinya tanpa izin. Hak moral tidak dapat dialihkan kepada orang lain selama pencipta masih hidup, tetapi dapat dialihkan melalui

The Human Story (James C. Davis)

Gambar
Buku yang mampu merangkum jutaan tahun sejarah dunia dalam kurang dari 500 halaman  adalah buku yang mengagumkan. Penulisnya tentu punya kemampuan luar biasa untuk memilih dan memilah cerita dan fakta penting dalam perjalanan umat manusia. Latar belakang dan bias pribadi pasti akan turut mewarnai pilihan itu. Tapi dia harus mampu menjaga keseimbangan antara objektivitas dan generalisasi, sambil tetap meramunya secara menarik agar pembaca betah mengikuti sampai akhir. The Human Story karya James C. Davis, profesor sejarah dari Universitas Pennsylvania, ini berhasil melakukan hal itu dengan baik.  Dari kalimat pembuka bab pertama, kita tahu bahwa penulis buku ini merangkul sepenuhnya teori evolusi manusia. Dia mengambil titik awal kisahnya dari manusia jenis Homo erectus mulai menghuni planet, sebelum kita manusia jenis Homo sapiens kemudian muncul untuk menggantikan. Ini berbeda dengan, misalnya, Julian Barnes ( History of the World in 10 1/2 Chapters ) yang memulai novel

Gypsies (Josef Koudelka)

Gambar
Buku ini menampilkan foto-foto yang diambil Josef Koudelka antara 1962-1971 di tanah kelahirannya Czechoslovakia dan di pedesaan Romania, Hungaria, Prancis dan Spanyol. Subjek utamanya adalah orang-orang Gypsi Romani. Disebut sebagai adikarya fotografer terhebat abad ini, perlu waktu lama bagi saya untuk "berani" menulis ulasannya di sini. Jadi agak naif untuk mengklaim ulasan ini memberi analisis mendalam atas karya tersebut. Ini sekadar apresiasi personal seorang pembelajar. ^_^ Yang menarik tentang kaum Gypsi Roma bagi Koudelka adalah gaya hidup mereka yang nomadik, wajah mereka yang dramatik. Dia juga tertarik pada musik dan budaya orang Gypsi. Setiap musim panas sepanjang hampir sepuluh tahun tersebut, Koudelka mendatangi mereka, hidup di tengah mereka, berbaur dan menjadi bagian dari komunitas ini. Gypsies dibuka dengan menampilkan foto seorang pria sedang bersandar di dinding luar sebuah bangunan. Posenya terbaca seolah sedang mempersilakan seorang yang tak d

Haiku

Gambar
Jepang memiliki tradisi puitis yang panjang dan mengakar. Seorang yang hidup di lingkungan kerajaan Jepang klasik harus cakap menggubah syair untuk setiap kesempatan. Orang-orang pada saat itu senantiasa menyelipkan puisi dalam percakapan dan surat menyurat. Jika dia tidak bisa menyusun puisi dengan seketika, posisinya terancam. Bisa-bisa dia dipandang sebagai seorang tidak cakap dan kasar. Salah satu varian puisi Jepang yang terus digemari hingga sekarang dan mulai menyebar ke seluruh penjuru adalah haiku. Kepiawaian menyelipkan haiku dalam percakapan bahasa Jepang barangkali merupakan ukuran kehalusan berbahasa, sebagaimana kepiawaian orang Melayu berpantun. Haiku disebut sebagai salah satu ekspor budaya Jepang yang paling sukses. Haiku adalah puisi singkat terdiri atas tiga baris dengan rima suku kata 5-7-5. Isi haiku biasanya mengungkap pergantian musim dan perasaan yang terkait dengannya. Setiap haiku memuat setidaknya satu kata yang merujuk pada musim atau alam. Keunika

Children (Sebastião Salgado)

Gambar
Saya terhenti lama di halaman 46. Tatapan anak itu seperti mengalirkan energi, lembut sekaligus kuat, menghangatkan. Lengan kanannya putus. Baju kusamnya terpasang miring di bahu, terlalu longgar untuk ukuran tubuhnya. Tanpa kata-kata, seluruh kisah hidupnya tersirat lewat sorot mata. Keadaannya memang menyedihkan, tapi wajahnya menunjukkan keikhlasan luar biasa. Dari caption kita tahu dia berada di sebuah sekolah untuk anak-anak pengungsi di Sudan. Foto diambil tahun 1995. Sejujurnya, setiap potret dalam buku ini dapat membuat kita tertegun. Diterbitkan Taschen pada 2016, buku foto karya Sebastião Salgado ini menampilkan 90 potret anak-anak migran dan pengungsi dari berbagai belahan dunia. Semua berusia di bawah 15 tahun. Dari jalanan di Angola dan Burundi, sudut-sudut kota kumuh di Brazil, hingga kamp-kamp yang terserak di Afghanistan, Sudan, Lebanon, dan Irak. Setiap kali Salgado datang ke suatu tempat, anak-anak adalah kelompok yang menyambutnya paling antusias. Digerakk