Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Menjumpai yang Sublim

Gambar
“Storm in the Mountains,” by Albert Bierstadt, c. 1870 Musim hujan tiba. Ada saat-saat mendebarkan dalam musim hujan, yang saya tunggu dengan cemas-harap. Ketika awan gelap menggantung di langit, diiringi suara petir menggelegar, kemudian tiba-tiba udara dingin dan gelap, lalu turun hujan lebat disertai angin kencang. Jendela kaca bergetar, butiran hujan jatuh deras menghantam atap dan kaca jendela. Untuk beberapa saat pertama rasanya tak ada hal yang lebih penting untuk dilakukan. Kita terdiam, menatap keluar jendela. Muncul rasa syukur jika kita saat itu berada di tempat aman. Sambil mencemaskan mereka yang terancam banjir, tersambar petir, terjebak dalam perjalanan yang terpaksa terhenti oleh hujan. Hidup di dalam kota, jauh dari bentang alam terbuka, sehari-hari berada di tengah jejeran bangunan dan kendaraan di jalanan, hujan badai membuat kita sejenak berjumpa dengan keliaran alam. Sebagaimana melihat langit malam membuat kita merasakan keagungan semesta, di hadapan hal-hal semac

Hari Buku Foto Sedunia 2020

Gambar
Tanggal 14 Oktober diperingati sebagai Hari Buku Foto Dunia, terkait penerbitan karya Anna Atkins "Photographs of British Algae: Cyanotype Impressions" pada 1843, yang disebut sebagai buku fotografi pertama yang pernah dibuat.  Tahun ini adalah perayaan ke-177 tahun sejak buku tersebut dikoleksi oleh British Museum. Katalog British Library untuk buku ini mencantumkan deskripsi: "Buku pertama dengan ilustrasi fotografis cyanotype ini merupakan salah satu batu loncatan terpenting dalam perkembangan sejarah fotografi." Bagi saya buku foto, sebagaimana buku-buku lainnya, adalah medium untuk menjangkau emosi yang tersimpan di dalam diri. Lewat buku foto, emosi itu terbangkitkan melalui apa yang terlihat di mata. Jika narasi dalam novel membangkitkan kepekaan melalui alur cerita dan keindahan verbal, narasi dalam buku foto terbangun melalui rekaman momen, ekspresi, urutan gambar. Tak perlu banyak kata. Kedalaman makna tercapai dalam cara yang berbeda. Di anta

Dilema Schadenfreude

Gambar
Di masa pandemik ini, sering kita dengar ada orang-orang yang tidak percaya keberadaan virus Corona. Mereka mengatakan Covid-19 itu hoax , konspirasi dunia kesehatan untuk mengambil keuntungan, dan pemerintah bereaksi berlebihan. Orang-orang ini tak mau mengikuti protokol kesehatan untuk selalu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tapi tak jarang begitu dites usap, di antara mereka ada yang terbukti positif. Setelah itu pun sebagian mereka masih tetap bersikeras, itu bukan karena virus corona. Warganet menyikapi kabar semacam ini dengan bersikap "syukurin, rasain". Pemuncak dari kelompok penyangkal ini tak lain adalah presiden AS sendiri, Donald Trump yang beberapa hari lalu baru dinyatakan positif Covid-19. Berita itu seperti ledakan bom yang mengejutkan seluruh dunia dan menimbulkan berbagai macam reaksi dari simpati hingga rasa puas, lantaran begitu bombastisnya selama ini penyangkalan Trump. Sebagian orang terang-terangan mengatakan Trump tak pantas mend