Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Mengenang Pencetus "Megatrends"

Gambar
John Naisbitt. Photo Credit: Petra Spiola John Naisbitt berpulang. Penulis buku fenomenal Megatrends itu tutup usia pada 8 April 2021. Saya ingat, nama John Naisbitt cukup sering terdengar dalam berbagai diskusi dan artikel pada akhir 1990-an. Dia seorang futuris visioner yang karya-karyanya mempengaruhi jutaan orang.  Bersama futuris besar lainnya, Alvin Toffler yang menulis buku Future Shock , Naisbitt menjadi rujukan penting dalam bidang kajian masa depan. Namanya sering disebut dalam matakuliah pilihan "Kajian Futuristik" bersama Prof Iskandar Alisyahbana yang saya ambil pada tahun terakhir di ITB . Kemudian, ketika saya mulai bekerja di Penerbit Mizan, salah satu buku Naisbitt juga diterbitkan di Mizan pada 2001, yaitu High Tech High Touch .  Setelah periode itu, saya jarang mengikuti kajian masa depan dan tidak lagi mendengar tentang Naisbitt hingga beberapa waktu lalu linimasa saya terpapar tautan obituari kepergiannya pada usia 92 tahun. Buku Megatrends yang dit

Buku Pilihan (April 2021)

Gambar
Pengantar:  Menanggapi posting saya sebelumnya bertajuk  Berkawan dengan Buku , banyak teman yang meminta  saya untuk merekomendasi buku apa yang menarik untuk dibaca. Ada yang ingin meneruskan hobi membaca yang sempat mandeg, ada yang baru mau mulai menumbuhkan kebiasaan baik ini. Keduanya memiliki kebutuhan yang sama: informasi tentang buku pilihan. Oleh karena itu saya memutuskan untuk membuat artikel rekomendasi buku. Artikel ini akan muncul secara periodik, berisi tiga saja judul pilihan saya setiap bulan. Bukan buku dari daftar bestseller, juga tidak selalu buku baru. Tapi pilihan pribadi yang saya suka dan ingin saya rekomendasikan.  Saya tidak meresensi, hanya memberi informasi. Sebab, kurangnya informasi adalah salah satu faktor yang membuat buku tidak sampai ke tangan pembaca. Teks informasi sebagian besar diambil dari sinopsis di sampul belakang buku ditambahkan informasi dari sumber lainnya yang saya anggap menarik dan penting untuk ditambahkan.  Saya berharap setidakny

Berkawan dengan Buku

Gambar
Pajangan buku di salah satu stand Gualadajara Book Fair 2019 Tanggal 23 April adalah Hari Buku Sedunia. Tanggal ini dipilih Unesco karena bertepatan dengan tanggal wafatnya Shakespeare dan Cervantes, 23 April 1616.  Maka pada hari ini, untuk turut merayakannya, saya ingin melacak ke belakang sejumlah nama yang dengannya saya berkawan di dunia buku.  Sebagai seorang pekerja perbukuan, saya bersentuhan dengan buku setiap hari. Terlalu banyak tapi sekilas sehingga tidak masuk hitungan. Berkawan dengan buku yang saya maksud adalah buku yang ikut mewarnai ingatan saya tentang masa lalu. Buku yang menemani saya melewati masa demi masa. Mari kita mulai dari masa sekolah dasar. Bacaan yang paling saya ingat dari masa itu adalah buku-buku serial karya Alfred Hitchcock, Enid Blyton, dan Karl May, serta seri Little House in the Prairie. Yang terakhir ini adalah juga nama film seri TVRI yang sangat popular pada 1980-an karena waktu itu tak banyak pilihan. Kami menanti dan menontonnya dengan khusyu

Anak-anak Belajar dari Hidup

Gambar
Dorothy Law Nolte, seorang wanita yang memahami pentingnya lingkungan yang positif dalam pengasuhan anak. Lahir pada Januari 1924 di Los Angeles, California, Dorothy dikenal sebagai pakar pendidikan dan pengasuhan anak, penasihat keluarga, dan penulis yang terkenal dengan puisi inspiratifnya, Children Learn What They Live.  Puisi ini pertama kali dimuat di koran The Torrance Herald pada 1954, dan sangat disukai pembaca:  orang-orang menempelkannya di pintu lemari es, dicetak pada poster dan disebarkan, serta didistribusikan ke jutaan orangtua oleh produsen susu formula. Dia mencatatkan hak cipta puisi ini pada 1972, lalu pada 1998 mengembangkannya menjadi sebuah buku, yang ditulisnya bersama Rachel Harris, Children Learn What They Live: Parenting to Inspire Values . Buku tersebut telah dicetak lebih dari 3 juta eksemplar di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Dorothy Law Nolte wafat pada November 2005, dalam usia 81 tahun. Warisannya sebagai pendidik orang tua,

"Memento Vivere"

Gambar
John Willam Waterhouse, A Tale from the Decameron, 1916 Di kota Florence, Italia, tahun 1348. Wabah Bubonik sedang mencengkeram. Perkampungan kosong, kekacauan di mana-mana, rutinitas hidup sehari-hari telah ditinggalkan. Orang yang terdampak virus konon akan mendapati bisul tumbuh di selangkangan atau ketiak mereka, lalu bintik-bintik hitam di kaki dan tangan. Ada yang tampak sehat di pagi hari, tapi pada waktu malam sudah bergabung dengan leluhur mereka di alam baka. Kematian begitu cepat terjadi, sering kali dalam kesendirian karena setiap orang harus menjauhi yang sakit agar tak terjangkit. Sekelompok anak muda memutuskan pergi meninggal kota untuk melakukan karantina mandiri. Sepuluh orang, yang terdiri atas tujuh perempuan dan tiga lelaki, menyingkir ke luar kota untuk menghindari sengsara yang melanda, karena tak ada yang bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan tumpukan mayat-mayat terus bertambah dan mendengar kabar tentang siapa yang mati hari ini. Yang mereka lakukan dal