Hotaru dan Haiku
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVDEj2aztailD-313mPw6WY64_glQ2ezpSq_fRy3o4KMjlDnWmlp7qTyHCLMHFLVwHtcaGIAwF3Wut3FxLXI0cr82e4IIE4cFuxh4dYBQ0CXVErF5slK4aAm8hiWtE9E4F7MIm/w640-h412/Fireflies_at_Ochanomizu_LACMA_M.71.100.82.jpg)
Ochanomizu hotaru. Kobayashi Kiyochika, circa 1880 Pada awal musim hujan seperti sekarang, saya dan anak-anak suka duduk di teras belakang menjelang malam, melihat kunang-kunang. Waktu kecil, mereka pernah benar-benar menangkap beberapa kunang-kunang dan menyimpannya di dalam botol kaca, hanya untuk mencoba membuat lampu kunang-kunang seperti banyak digambarkan dalam komik dan anime, lalu dilepas lagi. Ada kesan lembut dan halus pada kunang-kunang yang membuatnya amat menarik perhatian. Kelap-kelipnya yang lemah dan terbangnya yang lambat seperti suar bergerak dalam gelap. Daya tarik makhluk bercahaya ini membuat berkembangnya banyak cerita rakyat, mitos, takhayul, dan puisi terkait dengan kunang-kunang dalam berbagai latar budaya. Di Indonesia, misalnya, dikatakan bahwa kunang-kunang berasal dari kuku orang mati. Di Cina zaman kuno, kunang-kunang diyakini berasal dari pembakaran rumput. Naskah Cina kuno mengisyaratkan bahwa hobi yang populer di musim panas adalah menangk