Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Istanbul dan On Reading

Gambar
Dua buku pilihan saya untuk melewati akhir pekan ini :  Istanbul: City of a Hundred Names (Alex Webb) dan On Reading (Steve McCurry). Kedua buku ini punya dua kesamaan: sama-sama bergenre foto jalanan dan diberi kata pengantar oleh dua penulis terkemuka. Yang pertama dari Orhan Pamuk, yang kedua dari Paul Theroux.  Dalam pengantarnya Orhan Pamuk, peraih Nobel Sastra 2006 yang warga Istanbul menggambarkan kotanya sebagai memiliki melankoli ( huzn ) bawaan yang kental. Melankoli itu terpancar di wajah-wajah orang, jalanan, stasiun, toko roti, anak-anak, sekolah, reruntuh an kota lama, bahkan dalam novel dan puisi. Tak terelakkan melankoli Istanbul juga terekam dalam foto-foto yang diambil Webb di kota ini dalam beberapa kali kunjungan sejak 1998.  Pengantar Pamuk ini diambil dari bab berjudul "Huzun" dalam bukunya Istanbul: Memories ad the City.  Dari "Istanbul", Alex Webb Foto pertama yang ditampilkan dalam buku ini diambil di atas ferry yang tengah melay

Kampungku Indonesia: Dari Buku ke Gerakan Sosial

Gambar
Penggusuran kerap menjadi jalan pintas yang terpaksa diambil pemerintah dalam penataan pembangunan kota. Menurut catatan LBH Jakarta, selama tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jakarta telah melakukan 113 kali penggusuran dan ada 325 titik dalam rencana penggusuran di tahun berikutnya. Bersama penggusuran-penggusuran itu, satu per satu kampung lama lenyap. Satu per satu memori tentang kehidupan kampung tenggelam menjadi masa lalu. Stefano Romano, merasa betah berada di tengah orang-orang kampung yang dicintainya. Foto oleh Genta Gunadi Cemas melihat kecepatan laju lenyapnya kampung-kampung ini, Stefano Romano, fotografer italia yang kepincut suasana kehidupan kampung-kampung Indonesia, tergerak untuk mengabadikan memori tersebut. Dia ingin melakukan bagi kampung-kampung Indonesia apa yang telah dilakukan oleh fotografer Sebastian Salgado di Jakarta pada tahun 1996: merekam bagaimana gelombang baru orang kaya kota menghapuskan keberadaan kampung-kampung. Fotografi adalah testim

Getting Tired of Facebook

I used to like spending time in Facebook. I like following updates of friends I care about. I enjoy their jokes, cherish their achievements, grateful for their sharing experiences. But lately I feel like I am "over it." I rarely login and limit spending my time there reading updates and seeing photos. Too much time and energy  get absorbed, I eventually feel emotional fatigue after spending mere 10 minutes online. Log into Facebook feels like entering a very noisy room and seeing people talking alone or to each other. Some time they are bragging their lives, share real or unreal news, making them feel like they are having a deeper relationship than they really do. I wish people realize that "liking" a facebook post is not the same with having a conversation and really connecting with the person. Chatting may go deeper, but never the same with real conversation. For now, I am getting tired of Facebook, and want to limit my time there. Back to blogging.

Fragile (Sting)

Gambar
Lagu ini dibuka dengan imaji tentang luka, " blood will flow when flesh and steel are one ." Luka yang dibiarkan memerah dan mengering seperti warna langit saat mentari terbenam " ..drying in the colour of the evening sun ". Tak ada luka yang bertahan selamanya, air hujan esok akan membasuhnya, namun jejaknya akan senantiasa bertahan dalam pikiran kita. " Tomorrow's rain will wash the stains away. But something in our minds will always stay ." Lalu Sting mengingatkan kita, kekerasan tidak akan menghasilkan apa-apa, tak usah berdebat tak perlu menyanggah. Kita semua terlahir sebagai makhluk lemah, penuh khilaf dan alpa. Perhaps this final act was meant To clinch a lifetime's argument That nothing comes from violence and nothing ever could For all those born beneath an angry star Lest we forget how fragile we are https://www.youtube.com/watch?v=lB6a-iD6ZOY

Manuskrip yang Ditemukan di Accra (Paulo Coelho)

Gambar
Harapan saya terlalu berlebihan untuk buku ini. Melihat judulnya, saya berharap mendapatkan kisah fiksi historis seputar penemuan naskah kuno itu. Tapi rupanya harapan saya salah tempat. Coelho tentu saja bukan penulis genre fiksi historis. Dia adalah penulis roman spiritualis abstrak, seperti yang ditunjukkannya dalam novel Zahir, atau kisah kontemporer simbolis seperti yang kita temukan dalam The Winner Stands Alone. Novel tipis ini ternyata berisikan kristal-kristal permenungan Coelho, kalimat-kalimat manis siap-kutip tentang kekalahan kesendirian arah tujuan ketakutan, dan tentu saja cinta. Setiap bab dibuka dengan pertanyaan seseorang kepada Sang Guru yang barangkali adalah Yesus sendiri. Isi bab adalah jawaban yang diberikan Sang Guru.  Seluruh buku diposisikan sebagai salinan apa adanya dari naskah kuno yang ditemukan dua bersaudara di dalam gua di wilayah Hamra Don pada Desember 1945.  Penemuan naskah ini hanya menjadi bingkai. Tidak ada satu alur cerita yang menya

Awards @Bologna

Gambar
Bologna Children's Book Fair (BCBF) adalah salah satu pameran buku internasional yang diwarnai banyak pemberian penghargaan selama hari-hari penyelenggaraannya. Setidaknya ada 9 penghargaan berikut yang diberikan selama pameran: 1. International Award for Illustration : dimulai pada 2009, bertujuan menemukan dan memberikan support kepada talent ilustrator baru. 2. ARS IN FABULA Grant Awards : dimulai pada 2012, bertujuan memberi dana untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di bidang ilustrasi. 3. Bologna Ragazzi Award (BRAW) : hadiah paling prestisius di dunia penerbitan buku anak dalam 50 tahun terakhir, penghargaan untuk keunggulan penerbitan dalam soal desain grafis, inovasi format dan kemampuan untuk menarik perhatian pembaca muda. Ada empat kategori dalam award ini: Fiction , Nonfiction , New Horizons (untuk buku-buku dari negara di mana penerbitan buku anak masih dalam pengembangan) dan OperaPrima (untuk pengarang dan ilustrator baru). 4. Bologna Ragazzi Aw

Blindness (Jose Saramago)

Gambar
" If you can see, look.   If you can look, observe. " -- Book of Exhortations Akhir pekan lalu saya menamatkan novel Blindness karya Jose Saramago. Seorang teman merekomendasikannya sebagai satu di antara 5 novel favoritnya sepanjang masa. Novel  yang ditulis peraih Nobel Sastra 1998 asal Portugal ini bercerita tentang wabah kebutaan yang melanda warga sebuah kota. Bukannya menjadi hitam kelam, yang tampak di mata mereka justru putih pekat seperti dalam kabut tebal.  Dalam dunia orang buta, yang bisa melihat akan menjadi raja. Istri seorang dokter mata di kota itu secara tak terjelaskan menjadi satu-satunya yang tak terjangkiti wabah. Dialah yang menuntun mereka menghadapi berbagai perkara dalam ruang karantina bagi penderita kebutaan, hingga wabah tersebut terangkat dan penglihatan mereka satu per satu pulih.  Dalam dua pekan terakhir, semenjak malam pergantian tahun, saya tidak bisa login ke facebook. Secara metaforis rasanya seperti kehilangan penglihata