Postingan

Menampilkan postingan dengan label reading

Buku Pilihan (Juni 2021)

Gambar
  Pengantar:  Juni mengingatkan kita pada Sapardi. Judul buku itu teramat melekat di benak kita, sehingga seperti sekawan dalam satu sebutan. Dari puisi, karya sang maestro ini beberapa kali alih wahana ke musikalisasi, novel dan film. Bulan ini saya memilihkan trilogi yang lahir dari puisi itu selain dua novel lain karya penulis muda untuk mengimbanginya. Selamat menikmati bulan Juni.

Dukung Kampanye #BooksAreEssential

Gambar
Hari Buku Dunia tahun ini diperingati dalam suasana yang tidak biasa. Industri buku, sebagaimana berbagai bidang lainnya, berada di bawah tekanan masalah akibat pandemik virus corona. Toko-toko buku dan sekolah tutup, kegiatan membaca dan membeli buku harus kreatif mencari cara-cara baru untuk terus bertahan.  Dalam keadaan ini, m ajalah Publishers Weekly dalam edisi 20 April 2020 meluncurkan kampanye media sosial dengan hashtag #BooksAreEssential. Sampul majalah ini dibuat oleh ilustrator Finlandia, Pirita Tolvanen, menunjukkan seorang pembaca yang memegang buku di hadapannya seperti masker. Punggung buku menunjukkan judul: A Novel Coronavirus. Kampanye ini ingin menekankan bahwa di tengah suasana ini, buku juga menjadi penyelamat. Jim Milliot, direktur editorial Publishers Weekly: “We’re asking everyone to stand up and say, ‘Yes, books are essential to my life.’” Bagi saya, ya. Buku adalah sesuatu yang esensial dalam hidup saya. Di rumah dan kantor, saya dikelilingi buku. Sejak kec

Gypsies (Josef Koudelka)

Gambar
Buku ini menampilkan foto-foto yang diambil Josef Koudelka antara 1962-1971 di tanah kelahirannya Czechoslovakia dan di pedesaan Romania, Hungaria, Prancis dan Spanyol. Subjek utamanya adalah orang-orang Gypsi Romani. Disebut sebagai adikarya fotografer terhebat abad ini, perlu waktu lama bagi saya untuk "berani" menulis ulasannya di sini. Jadi agak naif untuk mengklaim ulasan ini memberi analisis mendalam atas karya tersebut. Ini sekadar apresiasi personal seorang pembelajar. ^_^ Yang menarik tentang kaum Gypsi Roma bagi Koudelka adalah gaya hidup mereka yang nomadik, wajah mereka yang dramatik. Dia juga tertarik pada musik dan budaya orang Gypsi. Setiap musim panas sepanjang hampir sepuluh tahun tersebut, Koudelka mendatangi mereka, hidup di tengah mereka, berbaur dan menjadi bagian dari komunitas ini. Gypsies dibuka dengan menampilkan foto seorang pria sedang bersandar di dinding luar sebuah bangunan. Posenya terbaca seolah sedang mempersilakan seorang yang tak d

Pemberontakan seorang "Freelance Monotheist"

Gambar
Through the Narrow Gate biografi Karen Armstrong yang pertama Para pemuka Katolik Roma di Inggris mungkin butuh waktu lama untuk bisa memaafkan Karen Armstrong. Tiga belas tahun setelah meninggalkan biara Holy Child Jesus, Karen yang kini terkenal sebagai komentator masalah-masalah agama di Eropa dan Amerika menulis dua otobiografi yang dengan sangat tajam mengkritik kehidupan religius di sana. Kedua otobiogafi itu -- Through the Narrow Gate (1981) dan Beginning the World (1983) -- disebut-sebut sebagai catatan yang paling blak-blakan tentang kehidupan serba ketat di biara. Lewat kedua buku itu, mantan biarawati ini seperti menelanjangi sesuatu yang sudah lama disembunyikan di balik keengganan mengusik lembaga keagamaan yang sudah mapan.

Shiba Ryotaro

Gambar
JEPANG di masa Edo Tokugawa (1603-1867) bagaikan sebuah telaga di pegunungan, stabil dan menyendiri. Gejolak politik diredam melalui sistem kelas yang ketat, pengaruh asing dibendung dengan kebijakan menutup diri dari dunia luar. Namun dua setengah abad yang tenteram ini akhirnya koyak oleh kedatangan empat kapal perang Amerika yang merapat di Teluk Tokyo pada 1853. Lewat kekuatan militernya, komandan Perry menuntut Jepang membuka pintu bagi Amerika. Dua dekade kemudian berakhirlah masa keshogunan yang telah berlangsung dua ratus tahun lebih itu.

Blindness (Jose Saramago)

Gambar
" If you can see, look.   If you can look, observe. " -- Book of Exhortations Akhir pekan lalu saya menamatkan novel Blindness karya Jose Saramago. Seorang teman merekomendasikannya sebagai satu di antara 5 novel favoritnya sepanjang masa. Novel  yang ditulis peraih Nobel Sastra 1998 asal Portugal ini bercerita tentang wabah kebutaan yang melanda warga sebuah kota. Bukannya menjadi hitam kelam, yang tampak di mata mereka justru putih pekat seperti dalam kabut tebal.  Dalam dunia orang buta, yang bisa melihat akan menjadi raja. Istri seorang dokter mata di kota itu secara tak terjelaskan menjadi satu-satunya yang tak terjangkiti wabah. Dialah yang menuntun mereka menghadapi berbagai perkara dalam ruang karantina bagi penderita kebutaan, hingga wabah tersebut terangkat dan penglihatan mereka satu per satu pulih.  Dalam dua pekan terakhir, semenjak malam pergantian tahun, saya tidak bisa login ke facebook. Secara metaforis rasanya seperti kehilangan penglihata

Children and Books: Start Early, Stay Long

Gambar

Pavilion Indonesia, GoH FBF 2015

Gambar

Pepatah Gaya Hidup

Gambar
Untuk Indonesia yang Kuat (Ligwina Hananto) Beberapa waktu lalu Koran Tempo Minggu  menurunkan liputan tentang meningkatnya kebutuhan akan konsultan perencana keuangan keluarga di kalangan kelas menengah Indonesia. Tiga perencana keuangan yang dijadikan narasumber dalam laporan itu adalah Ligwina Hananto, Safir Senduk dan Adrian Maulana. Salah satu hal menarik yang saya ingat dari rangkaian artikel di harian itu adalah pernyataan Ligwina Hananto bahwa kelas menengah Indonesia saat ini banyak yang "terjebak dalam gaya hidup." Mereka terlihat mapan dan makmur dari luar namun sesungguhnya keropos dari dalam karena tidak membuat perencanaan keuangan jangka panjang (biaya pendidikan anak, rencana pensiun, biaya kesehatan dan perjalanan wisata), serta memaksakan diri untuk mengikuti gaya hidup yang tak sesuai kemampuan keuangan mereka yang sesungguhnya. Mirip dengan gelembung yang mudah pecah. Saran-saran dari perencana keuangan itu barangkali bukan hal yang terlalu baru,