Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2003
semangat itu, seperti keimanan, bisa naik turun. kemarin saya memiliki keyakinan seorang prajurit untuk terus maju. untuk tidak mudah menyerah berhadapan dengan keterbatasan, bahkan rasa mustahil. saya tahu, saya akan kehilangan bara semangat itu jika saya tidak segera menyambutnya dengan tindakan, layaknya saya membiarkan nyala kecil ditiup angin. saya mesti menjaganya biar tetap menyala, membesar dan membuahkan hasil. pagi ini saya bangun agak terlambat. sedikit rasa pesimis menyelinap, apakah saya akan benar-benar mampu membuat perbedaan satu tahun dari sekarang. perubahan itu dibuat dari hari ke hari. tapi saya rasanya menghadapi hari-hari yang sama selalu. kapan saya bisa berbeda?
siang ini saya bersepeda keluar semata-mata demi alasan menyegarkan pikiran. saya merasa sumpek siang ini karena runtutan peristiwa virtual di milis asah dan kegundahan saya sendiri yang masih belum melihat cahaya terang di ujung terowongan ini. saya melewati jalan nokodaidori. saya tidak merencanakan rute, hanya membiarkan kaki mengayuh dan mengantar saya ke sebarang tempat. semacam freewriting, ini adalah freeride. ternyata saya melalui tempat-tempat yang paling biasa saya lewati dalam keadaan tidak direncanakan itu.waktuu tiba dekat kuriyama koen, saya mengarahkan secara sadar. saya harus menghindari koen itu supaya hanifa tidak menuntut untuk mampir ke sana. saya lewat rumah-rumah dan gang kecil di belakang inageya. daerah yang belum pernah saya datangi. di sana ada kebun bonsai. satu halaman luas yang dipenuhi meja berisi pohon-pohon kerdil yang berusia tua. saya tidak berani terlalu jauh, saya kembali berbalik lewat jalan yang lain dan akhirnya mampir ke nagasakiya. ternyata free
hari ini pembukaan pameran buku tokyo. hujan. saya akan datang, berangkat dari rumah pukul sepuluh. seingat saya hari pertama pameran itu selalu hujan, sejak saya pertama menghadirinya tahun duaribu. stephen wolfram, seorang jenius. umur lima belas dia sudah menulis makalah ilmiah di sebuah jurnal. umur dua puluh dia sudah menyelesaikan phd. dia kini berumur empat puluhan, pelopor studi ttg automata, merancang software mathematica. dia berkeyakinan seluruh alam semesta pada akhirnya dapat diformulasikan dalam sebauh persamaan matematika. kalau dia berhasil menemukan itu dia tentu akan setara dengan einstein dalam ingatan umat manusia. mas budi pesan mencarikan buku panduan mathematica yang ditulis wolfram di pameran buku. tapi saya tidak berhasil menemukannya. saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di pojok bargain buku asing itu dalam kunjungan tadi pagi. hampir tiga jam saya berada di ruang pameran. saya kira hany lima belas menit saya melewatkannya di luar pojok itu, wakt
sebuah hari baru, lagi. ketika hari masih pagi saya begitu penuh pengharapan. saya mengira hari ini akan ada kesempatan bagi saya untuk melakukan sesuatu yang besar. sesuatu yang akan mengubah hidup saya, sebuah belokan dari jalur yang telah saya tempuh selama ini. saya membayangkan di hadapan saya terbentang kesempatan itu, menunggu saya mendatanginya dan melakukan keajaiban. masuk tengah hari pengharapan itu belum tampak wujudnya. saya seperti menunggu untuk menggerakkan diri ke sana tapi begitu banyak kesibukan dan urusan lain yang menyita perhatian dan tenaga saya. pelan-pelan saya merasakan pudarnya harapan besar pagi tadi. ketika matahari beranjak turun dari puncak langit, saya kembali ke keadaan yang sama seperti hari sebelumnya. hari ini ternyata bukan kesempatan bagi perubahan besar itu. saya mesti menunggu esok lagi. malam ingin cepat dikejar agar saya segera tiba di pagi yang penuh harapan. bumi terus berputar. hari ini berulang, seragam. membentuk tahun, menambah um

Bahasa dan Kekerasan

Anak salah seorang teman saya sangat senang memukul. Orang bilang anak itu seperti gatal tangannya kalau tidak diayunkan untuk memukul anak lain. Saya lihat di antara anak-anak teman saya, hanya dia yang berperilaku seperti itu.  Anak itu berusia dua tahun, belum bisa bicara dan masih ngedot botol susu. Saya menduga, dia suka memukul karena kurang diajak bicara. Selain juga, barangkali, karena mendapat contoh dari orangtua.  Pemicunya, seperti biasa di antara anak-anak, adalah rebutan mainan. Jika tidak diberi, tangannya dengan cepat memukul kawannya dengan bertubi-tubi. Kawan yang dipukulinya sudah menangis hebat ketika ibu si anak itu datang melerai.  Apa yang dilakukan si ibu setelah itu? Dia menjewer telinga anaknya dan menyuruh dia minta maaf. Anak itu akan datang kepada kawannya yang sudah berurai airmata dan lelehan ingus itu, mendekatkan muka ke wajah yang meringis itu sambil bilang gomen ne , bahkan kadang mencium pipi kawannya yang menangis.  Orang-orang dewasa di sekitarnya
waktu selalu terasa semakin habis dan tidak cukup kalau kita tidak mengerjakan sesuatu yang semestinya kita kerjakan. saya kira cara pandang tentang waktu ini ada hubungannya juga dengan sikap pesimis dan optimis. bagi seorang pesimis, gelas terlihat setengah kosong, si optimis melihatnya setengah berisi. pandangan gelas setengah kosong itu terlihat di mana-mana. rusak sedikit dianggap rusak besar dan sebuah barang lantas dibuang karenanya. bunga yang sedikit layu dianggap tidak indah sama sekali lantas dicabut dan dibuang, padahal dengan sedikit perawatan dan kesabran bunga itu bisa tumbuh sehat dan cantik kembali. saya sering mendapatkan diri saya berada dalam sisi pengamat gelas setengah kosong. saya anggap setengah jam terlambat dari biasanya sebagai sebuah kegagalan dan memutuskan untuk tidak memulai sama sekali. sebuah kotak bento yang retak tutupnya sebagai benda yang tak lagi bisa dipakai. saya sering memandang sesuatu yang kurang sempurna, sesuatu yang tidak utuh sebagai ti

Silent Night dan Bumi yang tak pernah lupa

Gambar
Saya menyelesaikan Silent Night dari Mary Higgins Clark dalam empat jam. Genre suspense . cerita manhunt dengan seting waktu sekitar malam natal. Saya teringat Sandra Brown. Mirip-mirip begitulah struktur ceritanya. Dengan POV jamak dan akhir adegan yang dibiarkan menggantung, pembaca dibuat khawatir tentang nasib orang baik yang ada di tangan si orang jahat.  Bbunga narcissus pertama mekar di halaman belakang. Agak terlambat dibanding yang ada di halaman  ibu Mizutani di sebelah. Tanah tempat saya menanamnya bertemu lantai semen sepuluh senti di bawah permukaannya. Hujan lebat dan angin kencang seharian kemarin sudah merontokkan banyak kuntum bunga narcissus ibu Mizutani, yang ada di halaman saya baru mekar. Tak ada pesaing untuk memudarkan pesonanya.  Well, what am I doing now. Thats my question. I keep doing things I told myself to stop doing. Thats kind of stupidity, isnt it.  Bumi tidak pernah melupakan apa yang kita berikan. musim panas tahun lalu, saya membuang biji melon di hal

April 2003

Saya menyesal sudah menghilangkan tanpa sengaja, jurnal minggu ketiga Februari. Keusilan mengutak-atik folder, memindah-mindah lokasi file di pda Zaurus, telah mengantarkan ke musibah itu. Padahal itu kegiatan yang sama sekali tidak perlu.  Baiklah, lupakan apa yang telah hilang. Toh, bagi saya catatan ini adalah saluran untuk keinginan menulis yang muncul dari saat ke saat. Tidak dimaksud sebagai sebuah monumen untuk disaksikan dan dikenang, meski membaca lagi catatan itu selalu memunculkan rasa senang. Ketika membaca ulang jurnal lama saya merasa melihat diri saya dalam tingkat yang lebih tinggi, sebuah diri yang lebih matang dibanding yang bisa saya akui dalam kesadaran sehari-hari. Itulah barangkali yang mendorong orang untuk menulis, untuk melihat nilai lebih yang ada di dalam dirinya. Karena ketika menulis dia bersandar pada pikiran yang lebih tertata, urutan logika yang bisa diuji dan keindahan gagasan yang bisa dibagi bersama orang lain. Perlahan-lahan saya meraih gambaran yang
hari ini untuk pertama kalinya saya bisa keluar tanpa jaket. langit cerah, suhu berkisar delapan belas, tapi merasakan hangatnya saya kira mencapai dua puluh. sakura mekar di mana-mana. meskipun hujan turun seharian dua hari yang lalu, banyak pohon yang masih rimbun. saya hampir khawatir kalau-kalau sudah lewat kesempatan untuk memotret sakura tahun ini. ini gara-gara ketika melewati sen-gawa di depan koganei koen, saya melihat pohon-pohon tandus tak berbunga. apakah bunganya sudah gugur atau memang ini jenis pohon yang tidak berbunga sehingga yang terlihat hanya tunas-tunas daun muda yang masih kecoklatan. masuk ke dalam koen, saya menyaksikan lagi keajaiban itu. sakura melambai-lambai ditiup angin di dahan-dahan yang menjulur menyapa orang-orang ramai yang piknik di bawahnya. rupanya belum lewat kesempatan itu. meski ini hari senin, dan hari pertama masuk sekolah, orang-orang ramai ber-hanami. antrean panjang di tempat jual makanan dan petugas sampah sibuk membereskan sisa koganei ma

Ruang ideal untuk menulis

saya tidak menuntut sebuah ruang yang sangat rumit. sesungguhnya menulis bagi saya adalah sebuah kegiatan yang tidak terlalu bergantung pada tempat. orang bisa menulis di mana saja. meskipun tentu saja kalau bisa melakukannya di satu tempat khusus secara teratur akan berpengaruh baik pada kegiatan tersebut.  sebutlah syarat-syarat minimal tempat tersebut menurut saya adalah cahaya yang cukup, ketersediaan tempat untuk menyimpan buku, barangkali cukup satu rak kecil, kemudian meja yang cukup luas untuk menempatkan komputer sekaligus untuk menulis dengan tangan.  saya senang jika mengetik di komputer dan menulis di kertas dapat dilakukan di satu meja.  saya barangkali perlu menuliskan gambaran yang detail untuk ruang spesifik dalam bayangan saya, bukan gambaran umum yang masih membuka banyak kemungkinan. ruangan itu berukuran tiga kali tiga meter, dengan jendela besar yang membuka ke arah taman kecil yang ditata indah. wangi bungan-bunga yang sedang mekar masuk ke dalam ruangan itu ket
Anne Quindlen seorang liberal. Dia mendukung aborsi, mendukung hak gay dan lesbian, penyebaran kondom di sekolah-sekolah. Sisi lainnya, dia kritis pada rasisme, tidak setuju perang Teluk dan tidak sepihak dengan Republikan. Dia seorang ibu tiga anak yang suka berjalan-jalan bersama dan mengajak anaknya bicara tentang apa-apa yang tidak mereka mengerti. Tapi saya bertanya, dengan semua sikap liberalnya itu apa arti tindakannya mematikan televisi ketika anaknya datang saat dia sedang menonton siaran dengar pendapat senat untuk kasus pelecehan seksual Anita Hill. Apa artinya bagi saya saat ini ketika seorang memberi tahu bahwa perang Irak yang meletus ini sudah direncanakan sejak lima tahun lalu. Saya hanya semakin apatis saja pada peluang damai di bumi ini. Saat ini barangkali mereka sedang bikin rencana sebuah perang lain untuk lima tahun mendatang. Kawan-kawan di asah sedang ribut dengan soal lesbianisme dalam novelnya Oka Rusmini, Tarian Bumi . Ary, Jazim dan Sugeng menyatakan k
Saya seperti menunggu momentum. Saya tidak yakin apakah saya akan kembali meraih semangat untuk mencoba menulis lagi. Saya membaca entri yang saya buat bulan Agustus tahun lalu. Di situ saya bicara dengan nada yang persis sama dengan bulan lalu tentang kebuntuan saya. Pada saat itu saya membuat ultimatum bahwa itu mestilah yang terakhir karena jalan keluar saya dapatkan bukan dengan bicara tentang kebuntuan tapi dengan latihan. Saya ternyata tidak bisa mendisiplinkan diri, saya jatuh di kubangan yang sama enam bulan kemudian. Ketika seorang pejabat militer Amerika di Qatar dalam wawancara dgn NHK menyebut bahwa pemerintahan Irak memanfaatkan rakyat sipil sebagai tameng, dalam hati saya berkata mereka melakukan itu untuk membela diri sendiri tanpa instruksi dari atas. Bom bunuh diri memang tampak seperti usaha seorang yang sudah putus asa, tapi bagi pihak yang terjepit dan dizalimi itu adalah sebuah tindakan heroik. Saya pikir penjelasan Amerika itu dibuat untuk mempengaruhi kelompok
Untung saya bukan seorang wartawan atau pekerja di surat kabar atau pembaca berita di televisi. Kalau tidak, saya tentu akan kelimpungan mencari cara untuk menghindarkan diri dari terpaan kepiluan karena harus mengikuti perkembangan perang Irak setiap hari. Kini saya tidak lagi ingin tahu tentang perang ini, saya tidak kuat menyaksikan bom yang terus dijatuhkan di rumah-rumah rakyat Irak, pasukan-pasukan yang terus bergerak ke ibukota sambil menghancurkan apa saja yang mereka lewati. Mereka masuk ke dalam kota yang sudah terlebih dahulu mereka serang lewat udara. Kota itu hancur, sepi, ditinggalkan warganya yang kini hidup di pengungsian, kelaparan, kehausan dan ketakutan. Menyaksikan rumah sakit yang dipenuhi korban anak-anak dan rakyat sipil yang terluka di tempat-tempat yang tidak biasa. Saya tidak lagi berpikiran dapat menyaksikan harapan dan tanda-tanda di dalam berita. Ternyata perang ini tidak bisa dihentikan oleh siapa pun. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa rapat PBB itu bi