Postingan

Manusia Malam

Di malam hari, jalanan dipenuhi oleh jenis manusia yang berbeda.  Pulang dari makan malam waktu itu di depan Nagasakiya saya bertemu dua orang perempuan dengan dandanan seronok.  Karena masih agak dingin, mereka mengenakan jaket jins hitam, rambut dicat warna coklat emas, rok pendek sebatas panggul. Tidak banyak berbeda dengan dandanan anak sekolahan, memang, tapi mereka ini wanita penghibur profesional. Wajah filipino. Tempat kerja mereka di deretan bar dan restoran di belakang Nagasakiya, tempat-tempat yang selalu tutup ketika saya lewati di siang hari. Tempat kerja mereka baru buka pukul lima sore.  Hari minggu kami hadir di salah satu kuliah dalam sanlat di srit. Rachmat Kurniadi dari Saitama menyampaikan bahan tentang kendala amar makruf nahi mungkar.  Saya takjub betapa di antara mahasiswa yang sedang belajar di sini tetap bisa ditemukan seorang yang mampu melakukan dakwah dengan baik.  Pada pameran buku lalu saya membeli tiga majalah Time , salah satunya edisi Person's of th
Sunshine city, Ikebukuro, tempat pameran kaligrafi itu adalah sebuah kompleks perbelanjaan dan hiburan yang besar. Di dalam gedung yang sama terdapat planetarium, aquarium besar, hotel, dan toko-toko barang bermerek. Ruang pameran itu bernama Bunkakaikan di lantai dua. Karya kaligrafi yang dipamerkan dipajang di dinding ruang-ruang bersekat. Ada sekitar tujuh puluh satu ruang bersekat. kaligrafinya mencakup kanji dan kana. Saya tidak pernah tahu sebelumnya bahwa ada begitu banyak gaya penulisan kanji dan kana. Kaligrafinya bukan untuk satu dua karakter, tapi berupa bait puisi atau teks yang lebih panjang. Untuk kana ada yang ditulis dalam gulungan kertas atau kain, persis surat-surat di zaman dulu yang terlihat di film-film Jepang lama. Melihat kaligrafi yang begitu banyak, saya sulit utk memusatkan perhatian. Pada akhirnya saya hanya melihatnya dalam keseragaman. Tapi begitu bertemu karyanya Teraishi Yumik, hasil kerja seseorang yang saya kenali, barulah saya menyadari keindahannya

14 Feb 2003

Setelah menyelesaikan Haruki saya ingin kembali mengerjakan novel. Tadi pagi saya membaca dua bab yang sudah selesai. Heran, hilang sudah sihirnya, saya tidak lagi merasakannya sebagai sebuah awal yang bagus, ide cerita terasa kurang tajam, pembuka terasa hambar, adegan tidak menggerakkan konflik. Saya kehilangan minat untuk melanjutkannya. saya bilang, anggap saja itu latihan. Tidak ada salahnya berlatih dengan mengambil ide cerita dari novel orang lain. Kita toh tidak bisa sepenuhnya terlepas dari pengaruh buku-buku yang kita baca. Bicara soal musim. Bunga ume di Koganei Koen mulai mekar. Beberapa pohon mulai berhias bunga putih dan pink. Orang-orang mulai memotret lagi. Melihat bunga itu mekar di tengah pohon-pohon yang tandus terasa ada harapan udara yang hangat akan segera datang.