Postingan

i-Rambling

Minggu yang lalu ada berita tentang seorang ayah yang dihukum penjara sebelas tahun karena menendang anaknya yang berusia lima tahun hingga meninggal. Kejadiannya di Chiba tahun 2003. Minggu ini ada berita senada tentang pasangan suami istri Yokohama yang ditahan karena memukul bayi usia tiga bulan mereka sampai mati . Mereka sudah melakukan itu sejak bulan Maret lalu ketika bayinya baru lahir. Mereka bilang, alasannya karena bayi itu tidak mau berhenti menangis. Hati saya menangis. Tidak habis pikir dengan perilaku orangtua seperti ini. Apa yang mereka harapkan akan dilakukan seorang bayi; terus menerus tertawa, tersenyum, diam, dan tidak mau dengar suara tangisnya? Bayi yang tidak menangis?--- contradictio in terminis . Mengapa banyak sekali terjadi kasus penyiksaan anak sampai mati di negeri matahari terbit ini. Angka kelahiran di Jepang untuk tahun ini dilaporkan lebih rendah lagi dibanding tahun sebelumnya, 1,29%. Kalau bayi-bayi yang lahir itu pun pada dibunuhi seperti ini karena

i-Rambling

Peristiwa pembunuhan di Nagasaki tanggal 1 Juni yang lalu itu memang sangat tragis. Bukan hanya karena pelakunya adalah siswa kelas enam sekolah dasar yang berumur sebelas tahun dan korbannya adalah teman sekelasnya yang berusia dua belas tahun, tapi juga karena penyebabnya dipicu oleh chatting antara mereka di internet dan kejadiannya berlangsung di sekolah. Kedua anak perempuan itu berteman akrab, Mereka bersama dua anak lainnya punya semacam weblog yang diisi bersama dan sering berkirim instant message sejak empat bulan lalu. Sekitar pertengahan Mei si pelaku mengingatkan si korban agar berhenti meledek penampilan dan berat badannya ketika chatting. Tapi si korban tetap melakukannya. Empat hari sebelum peristiwa pembunuhan itu, si pelaku sudah berniat untuk melakukan pembunuhan

Gado-gado

Setiap hari kita didera oleh informasi baru yang diwakili oleh satu istilah. Kalau istilah itu menarik perhatian kita, kita akan menggali lagi lebih jauh mengenainya---kalau ada waktu. Saat ini ada tiga istilah yang sedang menarik perhatian saya: mind-mapping, homeschooling dan hypergraphia. Mind-mapping bukan istilah yang baru saya kenal. Saya pertama mendengarnya ketika bekerja di Mizan. Mas Hernowo sering menyebut metode ini sebagai salah satu cara untuk mempersiapkan tulisan. Metode pemetaan pikiran ini dicetuskan oleh Tony Buzan . Gunanya adalah untuk memvisualisasi percabangan pikiran kita ketika mencoba untuk memahami sebuah subjek. Caranya sederhana saja. Siapkan sebuah kertas kosong, sebaiknya tanpa garis. Letakkan subjek yang jadi pokok persoalan di tengah kertas. Lingkari. Dari lingkaran tengah itu gambarkan cabang-cabang yang memuat semua apa yang kita asosiasikan dengan subjek itu. Cabang-cabang itu nanti bisa bercabang lagi, terus beranak pinak hingga kita sudah mengekspl

Murata-san

Salah satu tetangga saya seorang bapak tua yang tinggal sendirian di kamar apartemennya yang sempit. Saya kira dia kesepian. Jarang ada yang berkunjung kepadanya. Setiap hari kerjaannya adalah menonton televisi. Saya kira dia tidak benar-benar menonton televisi, tapi hanya menyalakannya, nyaris dua puluh empat jam, untuk mengusir sepi. Kalau kita tersentak tengah malam, kita bisa mendengar bisik-bisik suara televisi, atau kadang-kadang cukup keras juga. Siaran berita. Kita bisa tersenyum atau kesal mendengarnya. Tersenyum karena seolah-olah ada perkembangan berita teramat penting yang harus dia dengar tengah malam begini. Kesal, karena berisik mengganggu tidur nyenyak kita. Saya kira hidup di masa tua seperti yang dia jalani itu sangatlah membosankan. Dia sepertinya tidak punya sebuah hobi yang dapat mengisi hari-harinya. Dia tidak memelihara binatang. Dia tidak menanam bunga. Pernah seseorang menghadiahi satu pot bunga kepadanya di awal musim semi. Ketika baru ditanam, rumpun bunga be

Hanifa

Tadi malam Hanifa baru tidur jam dua pagi. Belakangan dia punya tekad kuat untuk menahan kantuknya. Walaupun matanya sudah mulai tertutup, dia tetap mengatakan belum mengantuk dan masih mau main lagi. Sepertinya dia takut untuk membiarkan diri jatuh tertidur. Setiap kali kantuknya datang, dia mengalihkannya ke bentuk lain, minta makan lagi, minta dibacakan buku lagi, mengajak main lagi, atau menangis. Menidurkannya jadi sebuah pekerjaan yang melelahkan, karena kita pun jadi mesti berperang melawan kantuk sendiri. Tadi malam dia baru tertidur setelah badannya benar-benar kehabisan tenaga, tak mampu lagi menahan dirinya untuk tetap terjaga. Tapi paginya kami semua terbangun pada jam yang biasa, termasuk Hanifa. Badan masih terasa lelah. Sore ini Hanifa tertidur. Rasyad juga. Kesempatan buat saya untuk beristirahat. Tapi baru saja saya akan membaringkan badan, Rasyad terbangun. Buyarlah seluruh harapan untuk sedikit bersantai dan menyelesaikan macam-macam pekerjaan yang selalu tak tertuna

Pemilu

Tentang pemilu yang baru berlalu ini. Saya nyaris tidak tahu sama sekali apa yang akan dilakukan sebagai pemilih, tidak pernah baca koran, tidak mengikuti perkembanagn berita seputar itu. Untung Eep mengirimkan tulisan Panduan Pemilihnya ke milis JIL. Saya baru dibikin mengerti oleh tulisan itu tentang sistem proporsional semi-terbuka yang sekarang digunakan di pemilu Indonesia. Saya baru tahu mengapa sebaiknya kita memilih tanda gambar dan nama caleg, bukan cuma tanda gambar partai saja. Selepas memilih di SRIT Tokyo, saya jadi gigih benar mengikuti perkembangan berita seputar pemilu. Malam itu saya mendengar hasil penghitungan suara di tempat saya memilih. Sampai pukul setengah dua belas saya bertahan mendengar siaran radio IPDF lewat MP3. Partai yang saya pilih itu menjadi peraih suara terbanyak di Tokyo. Selama hari-hari berikutnya hampir setiap jam saya mengecek berita di detik.com untuk tahu hasil perhitungan di tanah air maupun di negara-negara lain. Begitu getol, menggelikan ka