The White House (1)

Photo credit: dibrova/CanvaPro

Artikel ini merupakan nukilan dari buku Inside the White House: The Hidden Lives of the Modern Presidents and the Secrets of the World's Most Powerful Institution (Ronald Kessler, 1996)


Panggung di 1600 Penn. Avenue

Lyndon Johnson marah besar. Istrinya, Lady Bird, memergokinya bercumbu di sofa Ruang Oval dengan satu dari sekian sekretaris muda cantik-cantik yang baru direkrutnya. Johnson menumpahkan kesalahan pada Agen Rahasia yang mengawal Ruang Oval dan seluruh penjuru Gedung Putih.

Peristiwa ini terjadi hanya beberapa bulan setelah dia disumpah menjadi presiden Amerika ke-36 pada 1964. Segera setelah kejadian itu Johnson memerintahkan Agen Rahasia memasang sistem alarm. Dengan alarm ini petugas yang menjaga bagian tempat tinggal dari gedung itu dapat memberi tanda peringatan jika istri sang presiden datang.

Lyndon Johnson bukan presiden Amerika yang pertama terlibat permainan asmara dalam Gedung Putih. Franklin Roosevelt suka membawa Lucy Mercer Rutherford ke Gedung Putih ketika istrinya, Eleanor, sedang ke luar kota. Sementara Eleanor sendiri punya hubungan sejenis sejak lama dengan Lorena Hickok, yang tinggal di seberang ruang Eleanor di lantai dua gedung itu.

John F. Kennedy punya rekor yang lebih parah lagi. Ketika masih berstatus suami Jacqueline Kennedy, dia bercinta dengan dua sekretarisnya yang dikenal sebagai Fiddle dan Faddle; Judith Campbell Exner, pacar raja mafia Sam Giancana; dan Marilyn Monroe.

Presiden-presiden sebelum Kennedy mungkin sudah biasa menipu publik, tapi yang membuat urusan ini menjadi besar adalah Lyndon Johnson. Johnson adalah presiden AS yang pertama memandang Gedung Putih sebagai wilayah kekuasaan pribadinya. Pada masa pemerintahannyalah penjagaan keamanan presiden menjadi begitu ketat. Hampir sepenuhnya mengucilkan presiden dari masyarakat umum.

Johnson juga mengubah Gedung Putih menjadi seperti rumah pertunjukan -- pusat tontonan yang berlanjut hingga hari ini. Telah menjadi rahasia umum di kalangan stafnya bahwa Johnson seorang manipulator. Dia menggunakan uang Pentagon untuk mendanai perbaikan ranchnya di Texas, dia menyembunyikan angka sebenarnya biaya operasional Gedung Putih, dan memindahkan beberapa perabotan dan barang seni milik negara di Gedung Putih ke kediamannya ketika masa kepresidenannya berakhir. Kemudian lagi, "Dari delapan sekretaris di sekitar Johnson," kata Bill Gulley, salah seorang ajudan Gedung Putih sejak 1966, "hanya tiga yang tidak berhubungan seks dengannya."

Panggung yang disediakan bagi "kehebohan" ini terletak di 1600 Pennsylvania Avenue. Batu pertamanya ditanam pada 13 Oktober 1792. Mungkin ada makna simboliknya sehingga lokasi batu pertama tersebut tak diketahui lagi saat ini.

Bangunan aslinya dirancang dalam gaya Georgian oleh James Hoban. Luasnya 165 kaki dari timur ke barat dan 85 kaki dari utara ke selatan. Keanggunan bangunan Georgian itu terletak pada puncak atapnya yang rendah dan kesimetrisan pintu-pintu dan jendelanya. Rumah Presiden, itulah nama yang diberikan George Washington pada gedung yang tak sempat dihuninya itu. Pada 1797, bangunan itu dicat putih habis. Orang-orang mulai menyebutnya Gedung Putih.
Aura Arogan Gedung Putih
Gedung Putih adalah manifestasi fisik lembaga kepresidenan Amerika. Simbol paling nyata bagi negeri Adidaya itu. Dilindungi oleh perangkat pengawas tercanggih yang pernah ditemukan, bangunan ini menjadi gedung paling hebat di atas bumi. Namun apa yang berlangsung di dalamnya jarang diketahui orang. "Jika masyarakat umum tahu apa yang terjadi di dalam Gedung Putih, mereka akan histeris," ujar seorang pegawai Agen Rahasia.

"Gedung Putih itu penuh arogansi," ujar Steve Bull, salah seorang pembantu Presiden Nixon. "Orang yang paling rendah hati pun setelah beberapa minggu di sini akan berubah menjadi arogan." Salah satu contoh nyata arogansi itu adalah pernyataan bahwa para pembayar pajak di AS tak boleh tahu berapa besar biaya untuk menjalankan Gedung Putih.


Manipulasi Angka
"Tujuh puluh persen biaya Gedung Putih tidak pernah diungkapkan. Tak pernah ada angka akurat tentang Gedung Putih," ujar Paul E. Kanjorski, perwakilan Partai Demokrat dari Pennsylvania. "Gedung Putih tak bertanggung jawab secara jujur pada rakyat," lanjutnya. "Kalau kita lihat dalam anggaran, angka yang tercantum untuk dana perjalanan presiden adalah sekitar $100.000. Mereka bilang mereka hanya menggunakan $29.000 dari dana yang disediakan. Padahal nyatanya sampai $185 juta setahun, paling sedikit."

Kepalsuan lain adalah catatan pengeluaran presiden setahun sebesar $50.000. Presiden George Bush pada 1991 melaporkan telah menghabiskan hanya $24.000 dari dana itu untuk alat tulis kantor, hadiah-hadiah resmi, dan jamuan makan siang. Penetapan angka ini membuat orang menduga hanya sebesar itulah biaya yang dipakai presiden. Padahal jumlah totalnya mendekati $1 miliar setahun.

Hampir setiap biaya Gedung Putih cenderung untuk dikecil-kecilkan. Pemerintahan Reagan, misalnya, melaporkan pada pers bahwa biaya untuk memperbaiki beberapa bagian Gedung Putih adalah $384.200. Dalam dengar pendapat tentang anggaran yang tidak diliput pers, diketahui angka sebenarnya ternyata adalah $4,7 juta.

Bonnie Newman, asisten Presiden Bush, menjelaskan, "Angka-angka itu dimanipulasi. Seperti penipuan dalam statistik. Anda dapat menampilkan angka-angka sesuai kepentingan, tergantung apakah Anda ingin mendukung atau menghancurkan orang tertentu di kantor."

"Total biaya operasional Gedung Putih tak pernah tercatat," ujar John Cronin, pengarah audit Gedung Putih selama dua belas tahun. Menurut Mary E. Weaver, yang ditugaskan Kanjorski meneliti finansial Gedung Putih selama setahun, angka dalam anggaran ternyata memang tidak mewakili jumlah yang dikeluarkan.
Dimabuk Kekuasaan
Saat ini Gedung Putih mempekerjakan sekitar 1600 karyawan. Angka ini pun baru puncak dari gunung es. Divisi Komunikasi Gedung Putih, bagian Departemen Pertahanan yang mengusahakan komunikasi instan ke seluruh dunia bagi presiden, punya sekitar 1300 karyawan lagi. Pemerintahan datang dan pergi, tapi sekitar tiga perempat staf ini tidak berganti. Mereka membentuk kultur, aturan, ritual, dan rahasia-rahasia mereka sendiri.

Kongres untuk pertama kalinya setuju menggaji karyawan khusus menangani masalah kesekretariatan Gedung Putih pada 1857. Besarnya waktu itu $2500 setahun. Di masa pemerintahan Harry Truman, jumlah karyawannya mencapai 200 orang. Hampir setiap presiden yang baru diangkat berjanji akan mengurangi jumlah staf Gedung Putih. Namun di akhir masa pemerintahan, jumlah itu selalu semakin besar dibanding sebelumnya.

Berada di dekat pusat kekuasaan dan keistimewaan ternyata berdampak buruk. Menurut Dr. Bertram S. Brown, seorang psikiater di Washington, persentase staf Gedung Putih yang berkonsultasi ke psikiater jauh melebihi proporsinya di kalangan penduduk umum. Sekadar bisa bilang pada keluarga dan teman bahwa Anda diundang menghadiri makan malam di Gedung Putih ternyata "memabukkan". Bisa bilang bahwa Anda bekerja di Gedung Putih menjadi gengsi berkekuatan besar yang kadang sulit dikendalikan.

Ketika seorang staf terkuasai oleh aura arogansi ini, kalangan dalam menyebut orang itu terlanda "White House-itis". Istilah lainnya adalah Sununu Syndrome. Sununu menjadi simbol sejenis kepongahan khas yang ditumbuhkan oleh Gedung Putih. John H. Sununu, kepala staf di masa pemerintahan Bush, bertindak seolah-olah lembaga kepresidenan adalah sebuah monarki. Dia sering menggunakan pesawat militer untuk perjalanan pribadi. Hujan kritikan terhadapnya membanjir di berbagai media dan membangkitkan kontroversi tentang penyelewengan wewenang. Ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan CNN apakah kontroversi itu memberinya pelajaran, Sununu bilang tidak.

Di antara para staf sendiri ada persaingan tak sehat. Boyden Gray, penasihat Bush, memandang Gedung Putih sebagai kantor yang dikuasai oleh kecemburuan. "Mungkin cemburu adalah dorongan paling kuat dalam diri manusia," tukas Gray. "Bagaimana Anda mengekspresikannya? Melalui kedekatan birokratis, melalui pembocoran dan pemotongan informasi." "Di sini peran pers sangat besar," katanya lagi. "Pers berusaha menapak jalan menuju sumber informasi. Kalau Anda bersedia membocorkan, Anda akan diberi liputan pers yang bagus. Banyak yang tergoda."

"Kalau saya memandang ke belakang dua puluh tujuh tahun bekerja di Gedung Putih," kata William Cuff, asisten kepala kantor militer Gedung Putih, "Entah Demokratik, Republik, liberal, konservatif, semua sama saja. Begitu mereka masuk, ada beberapa orang yang mengutamakan kepentingan presiden. Tapi setelah beberapa bulan, setiap orang jadi bermotivasi pribadi. Hanya sedikit yang benar-benar loyal pada presiden."



Bersambung ke Bagian (2)


Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya