Tiga Penyair Membuka Jaktent 2023

 


Semalam saya menghadiri acara pembukaan Jaktent. Acaranya berlangsung hanya selama satu jam, tapi sangat mengesankan. Mata acara penghujungnya adalah yang paling menarik. Setelah beberapa percakapan seremonial, tiga penyair tampil untuk membacakan puisi. Satu dari Palestina, Maya al Hayyat. Dua dari Indonesia, Aan Mansyur dan Rebecca Kezia. 

Maya al Hayyat baca tiga puisi dalam bahasa Arab karyanya sendiri, dengan terjemahan inggris disorotkan ke layar besar di depan. Aan dan Becca masing-masing baca dua puisi karya penyair Palestina, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Taufiq Ismail. 

Jarang saya bisa merasa begitu terpukau menyaksikan sebuah penampilan pembacaan puisi. Puisi bahasa Arab meski terasa asing namun asyik didengar karena rima syairnya, panjang pendek kalimat dan baitnya, membuatnya mengalun seperti musik. Puisi terjemahan Taufiq Ismail berhasil menggali kekayaan daya ekspresi bahasa Indonesia, sehingga tak kalah piawai mendentingkan bunyi dan makna yang menggugah. 





Pembacaan oleh Becca secara khusus terasa sangat kuat menyentuh emosi. Puisinya berjudul "Aku Mereka Sekap", karya Fadwa Tuqan. 

Becca mengawali pembacaannya dengan suara biasa saat memperkenalkan judul puisi dan nama penyairnya. Tapi, begitu masuk kalimat pertama puisi itu, nada suaranya langsung berubah, seperti berbisik, nada rendah seolah-olah dia takut suaranya terdengar oleh musuh. 

Tanpa terasa kita yang mendengar pun menahan napas sepanjang pembacaannya. Tersedot ke dalam atmosfer yang diciptakan nada suara yang sayup namun tegas. Ketika dia tiba di kalimat terakhir, dari ruangan terdengar hembusan napas panjang, seolah-olah melepas tekanan yang sempat tertahan dua menit.

Ini puisinya. Singkat, tapi dahsyat.


| Aku Mereka Sekap | Taufiq Ismail | Fadwa Tuqan |




Aku mereka sekap
Dalam sel yang gelap
Jeroanku menggelegak
Dengan panas seribu obor
Nomorku mereka tulis di dinding
Dinding itu
    berubah jadi
    lapangan bola
Muka algojoku
Mereka gambar di dinding
    muka itu meleleh
    menetes habis
Peta bumimu
    kugambar dengan gigi
    di dindingmu
Dan kutulis lagu
Malam yang biru
Dan kusepak
kekalahanku
Cerai-berai
Dan tanganku
Menyinarkan cahaya
Mereka mana menang
Mana
Mereka memasang
Gempa.


Komentar

  1. Anonim9:09 AM

    Aku malah gak kuat dengan Orang Palestina

    BalasHapus

Posting Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya