Cikored
Jalan menuju Desa Cikored, melewati Curug Batu Templek |
Kelas hari itu dihadiri oleh delapan anak dengan rentang usia kelas 1 hingga kelas 6 SD. Biasanya jumlah peserta di kelas minggu yang baru dibuka pada Desember 2018 ini diikuti hingga dua puluh anak. Namun setiap kali pertemuan jumlahnya selalu bervariasi. Ada yang tidak datang karena alasan jarak yang jauh, ada kegiatan lain, harus membantu orangtua, sudah datang tapi pergi lagi. Dan bermacam alasan lainnya.
Hari itu anak-anak belajar untuk membuat kalimat berima. Mereka bermain mencari kosakata yang memiliki bunyi suku kata terakhir sama. Dilanjutkan kerja kelompok untuk membuat sajak pendek lalu menggambar berdasarkan cerita yang mereka buat di sajak tersebut.
Di antara anak-anak yang hadir itu ada Roni dan Aira, dua kakak beradik yang rumahnya dijadikan tempat belajar. Menyenangkan melihat dua saudara ini. Roni, sang kakak, murid kelas empat SD Mekarmanik, tampak sangat sayang pada adiknya, Aira, usia dua tahun, yang lekat betah di pangkuan kakaknya sembari menunggu kelas dimulai.
Mereka berdua tinggal bersama orangtuanya di rumah yang letaknya bagi saya terasa sangat jauh dari mana-mana. Jalan untuk menuju ke dan keluar dari sana perlu tenaga dan biaya ekstra. Artinya mereka punya akses terbatas untuk menjelajah ke tempat lain. Hidup berputar dalam radius beberapa kilometer saja. Tetangga sering kali masih keluarga sendiri. Rumah kakek di sana, paman dan bibi sebelah sini. Halaman diberdayakan untuk beternak dan bertani memenuhi kebutuhan keluarga. Hidup cepat tercukupi. Tenteram, adem dan saling sayang. Ibu Roni tampak sedang hamil anak ketiga.
Semoga suatu saat anak-anak itu bisa keluar dari dunia mereka yang kini sempit, dengan akar yang tetap kuat tertanam di lingkungan masa kecil mereka yang asri dan damai. Dimulai dari memperkaya imajinasi mereka dengan bacaan dan kegiatan literasi yang mendorong mereka melihat ke dunia yang lebih luas.[]
Komentar
Posting Komentar