Tamasya Sastra Melalui Narasi Pasca-Kolonial Abdulrazak Gurnah



Penikmat sastra di Indonesia menyambut gembira diluncurkannya edisi Indonesia novel Paradise, yang ditulis oleh pengarang berkebangsaan Tanzania-Britania, Abdulrazak Gurnah. Buku yang pertama terbit di Inggris pada 1994 itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Malkan Junaidi dan diterbitkan oleh Mizan pada Juli 2023. 

Peluncuran buku ini dilakukan secara online pada 10 Agustus 2023, menghadirkan sang pengarang melalui platform Zoom dipandu oleh host Sakdiyah Ma'ruf. Acara ini menandai pengenalan novel yang mendalam ini kepada pembaca Indonesia, dan juga mengungkap perjalanan sastra luar biasa Gurnah.



Abdulrazak Gurnah adalah cahaya dalam dunia sastra, dikagumi atas kemampuannya untuk membuat narasi yang mengeksplorasi hubungan rumit antara individu, budaya, dan sejarah. Lahir di Zanzibar, Tanzania, pengalaman hidup Gurnah sendiri sangat mempengaruhi tulisannya, memberkati karyanya dengan pemahaman mendalam tentang kompleksitas migrasi, identitas, dan warisan kolonial.

Kelihaian sastra Gurnah tampak melalui karya-karya novelnya, "Afterlive," "By the Sea," "Desertion," dan "Paradise," yang mendapatkan banyak pujian kritis karena prosanya yang indah dan eksplorasi yang bernuansa halus tentang emosi manusia. Tulisan Gurnah sering mengembara ke dalam ruang-ruang cerita pribadi yang beririsan dengan narasi sosial-politik yang lebih besar, menciptakan kisah yang beresonansi baik dalam skala personal maupun global.


Oleh Happolati - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=118764859
Abdulrazak Gurnah. Photo by Happolati, Wikimedia Commons

Kontribusi Abdulrazak Gurnah terhadap sastra dunia diakui dengan salah satu penghargaan tertinggi yang dapat diterima seorang penulis: Hadiah Nobel Sastra. Pada 2021, Gurnah dianugerahi penghargaan bergengsi ini atas wawasannya yang mendalam tentang kolonialisme, migrasi, dan pengalaman manusia. Komite Nobel menyoroti kemampuannya untuk menciptakan narasi yang menggambarkan kompleksitas sejarah sambil menyoroti ketahanan individu di tengah keterpurukan.



Novel "Paradise" menunjukkan komitmen Gurnah untuk mengeksplorasi lapisan-lapisan efek kolonialisme dan migrasi, yang membentuk takdir individu dan komunitas di seluruh dunia. Novel-novelnya menjadi pengingat tentang kekuatan sastra dalam menghadapi kebenaran yang sulit dan membangkitkan percakapan yang bermakna.

Seting kisah bertempat di Zanzibar, novel ini dengan cermat menghubungkan kehidupan karakter yang bergulat dengan cinta, kehilangan, dan dampak abadi kolonialisme. Tulisan Gurnah mengundang pembaca untuk menghadapi konsekuensi ketidakadilan sejarah dan merenungkan warisan abadi dari masa lalu yang bergejolak.

Edisi Indonesia dari "Paradise" telah dinantikan oleh pembaca dan para penggemar sastra. Terjemahannya menjaga esensi prosa Gurnah, memungkinkan pembaca Indonesia untuk tenggelam dalam kisah yang menyentuh hati sembari memperdalam pemahaman tentang konteks budaya dan sejarah yang membentuk narasi.



Dalam acara peluncuran, Gurnah mengungkapkan bahwa dirinya juga sempat menikmati beberapa karya sastra Indonesia yang telah tersedia dalam bahasa Inggris. Secara khusus, Gurnah menyebut novel pasca-kolonial Indonesia "Bumi Manusia," karya utama penulis Indonesia Pramudya Toer. Namun jelajah sastra Indonesianya terbatas lantaran tak banyak karya penulis Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.  

Novel Gurnah dan novel Pamudya Toer menunjukkan adanya keterhubungan suara sastra global, karena kedua penulis menjelajahi tema-tema kolonialisme, identitas, dan transformasi sosial. Resonansi antara "Paradise" dan "Bumi Manusia" menunjukkan universalitas pengalaman manusia dan perjuangan bersama yang dihadapi individu dalam menghadapi pemerintahan kolonial. Eksplorasi Gurnah terhadap sejarah Zanzibar dalam "Paradise" menemukan paralel dalam pengalaman Indonesia yang digambarkan dalam karya Toer, meneguhkan kekuatan sastra untuk menyelami budaya dan pengalaman universal manusia.



Peluncuran edisi Indonesia dari "Paradise" karya Abdulrazak Gurnah melambangkan pertukaran budaya dan eksplorasi sastra. Perjalanan Gurnah dari Zanzibar hingga mendapat pengakuan global, termasuk Hadiah Nobel di bidang Sastra, adalah bukti kemampuannya untuk menciptakan narasi yang beresonansi melampaui batas geografi dan generasi. 

Acara peluncuran ini tidak hanya merayakan penerbitan sebuah novel luar biasa, tetapi juga mengingatkan kita akan kekuatan abadi sastra untuk menginspirasi empati, menyambungkan dialog, dan membentuk pemahaman kita tentang dunia. 

Saat berinteraksi dengan halaman-halaman novel "Paradise," kita ikut serta dalam narasi yang lebih luas tentang pengalaman bersama, mengundang kita semua untuk merenungkan masa lalu dan mempertimbangkan kemungkinan masa depan.

Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya