Postingan

Story of picture

Gambar
Your eyes can bring life to the death Those faces frozen in time, framed in the wall, shining from pages, beaming from screens Waving from ageless past All suddenly come alive just by your gaze Your eyes can bring death to the living When you pause their breath By a touch to stop the flow of time The moment you see will forever stand-still Racing into the countless future And for a tiny second, you and I meet in a timeless eternity

So it is like this

What I see when the sun goes down Is the birth of a new day So cherish my heart with the warmth that remained When the new day is born I find poetry in the perfect morning With bright sky after rain I know... night is the darkest precisely just before sunrise

"Follow Your Dreams, Stefano!"

Gambar
“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia...”  Demikian lirik pembuka lagu Laskar Pelangi, film Indonesia kesukaan Stefano. Buku ini seperti pembuktian bagi pernyataan itu bagi sang penulis. Sejak lama Stefano memimpikan untuk menerbitkan buku dari kumpulan fotonya mengenai Indonesia. Sejak kunjungan pertamanya di negeri ini, dia yang merasa seperti menemukan kampung halaman kedua di sini, kini berhasil mewujudkan mimpinya. Kampungku Indonesia, Stefano Romano, 172 hlm, (Mizan Juli 2016) Penerbit Mizan dengan bangga mempersembahkan buku Kampungku Indonesia, buku foto pertama karya Stefano Romano. Penerbitan buku ini sejalan dengan komitmen kami untuk mendukung orang-orang kreatif dengan passion yang kuat untuk memajukan perkembangan manusia Indonesia secara positif, dalam hal ini di bidang fotografi dan kemanusiaan. Buku ini merupakan buah dari beberapa kunjungan Stefano Romano ke Indonesia pada  tahun 2010, 2011, 2014. Foto-foto yang  ditampilkan di dalam buku ini bukan

Roman Eyes, Indonesian Heart: Interview with Stefano Romano, Author of “Kampungku Indonesia”

Gambar
Is it possible to feel a land as our own homeland, without being one? For Stefano Romano, a photographer based in Rome, Italy, the answer is “yes” if the land is Indonesia. That’s the first sentence he wrote in the Preface to his first photo-book to be published in Indonesia by Penerbit Mizan in July 2016, titled Kampungku Indonesia (My Own Private Indonesia). Stefano started working as a photographer in 2009 with migrant communities from Bangladesh in Rome. Since then he never stopped taking pictures, getting in touch with other foreign communities, especially of Southeast Asia and

Mata Orang Roma, Hati Orang Indonesia (2)

Gambar
Stefano Romano berkesempatan berkunjung ke Indonesia pada momen pergantian tahun 2010 dan 2011 serta pada 2014, bertepatan dengan momen Ramadhan, Idul Fitri, dan 17 Agustus. Dalam kedua kunjungan tersebut, Stefano mengabadikan banyak momen dari sudut pandangnya sebagai orang Italia yang melihat kehidupan orang Indonesia dan kaum muslim di sini. Dalam waktu yang sama Stefano membagi ilmu lewat beberapa acara workshop fotografi bersama komunitas fotografi di Jakarta dan Yogyakarta. Foto-foto terpilih dari hasil kunjungannya itulah yang kini disajikan dalam bukunya Kampungku Indonesia, dilengkapi dengan cerita menarik di balik potret-potret tersebut. Tahun ini Stefano akan kembali berkunjung ke Indonesia dari 4 Juli hingga 28 September 2016, dan akan memanfaatkan sebagian waktu untuk kegiatan peluncuran buku, melakukan beberapa workshop fotografi di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Berikut perbincangan seputar penerbitan buku Kampungku Indonesia yang merupakan impiannya sejak lama.

Mata Orang Roma, Hati Orang Indonesia (1)

Gambar
Wawancara dengan Stefano Romano, Penulis Buku-Foto “Kampungku Indonesia” Mungkinkah seseorang merasakan suatu negeri sebagai kampung halamannya, padahal dia bukan berasal dari sana? Bagi Stefano Romano, seorang fotografer asal Italia, jawabannya adalah “ya” jika negeri itu adalah Indonesia. Demikian bunyi kalimat pertama pada bab pertama buku fotonya yang akan segera terbit dari Penerbit Mizan, berjudul Kampungku Indonesia. Stefano mulai bekerja sebagai fotografer sejak 2009. Berawal dengan memotret komunitas orang Bangladesh yang tinggal di Roma, kemudian meluas ke berbagai komunitas negara Asia lainnya. Hampir seluruh komunitas yang diakrabinya dicirikan oleh satu hal yang sama, yakni mereka adalah negara-negara bermayoritas penduduk Muslim. Bergaul dengan mereka memicu rasa ingin tahu Stefano mengenai Islam. Ketertarikannya secara khusus terpicu oleh pengamatannya sebagai fotografer pada saat memotret wanita berhijab. Menurut Stefano, wajah wanita berhijab memancarkan c