Postingan

Indonesian International Book Fair 2015

Indonesia International Book Fair (2-6 September 2015) has just wrapped up their show last week. Despite disappointments expressed by many foreign participants on the small number of local and international publishers attended the book fair, there is a high hope that this book fair will grow into one of the most important event for book and content industry  in Asia. Indonesia rights fair, better place but not better business, yet “This book fair is one that has potential to develop into an important one for the region, among all book fairs that you have in Indonesia. There is no question about going back to the old venue which is dark and dirty,” said Claudia Kaiser, Vice President of Frankfurt Book Fair for Asia, who closely studied Indonesian book publishing business for the last two years. “Less crowd this year, less number of booth. I can hardly find any English publishers, can hardly say this is an international book fair” complained Tahir Akhtar, regular visitor from Paki

Menambah Nama

Gambar
Sedikit berbagi cerita tentang berurusan dengan kantor imigrasi untuk keperluan menambah suku nama. Nama saya hanya terdiri atas dua kata. Sejak dulu tidak jadi masalah. Nama yang dua kata itu sudah saya gunakan untuk segala urusan: catatan sipil, dokumen perjalanan, ijazah atau surat perjanjian apa pun. Jadi saya agak kaget ketika diminta untuk menambah satu kata pada nama saya agar bisa mendapatkan visa Saudi Arabia untuk keperluan umrah/haji. Ternyata pemerintah Saudi menetapkan persyaratan nama minimal terdiri atas tiga kata untuk mendapatkan izin masuk ke negara itu. Entah apa masalahnya dengan nama yang hanya dua suku kata, mungkin untuk memudahkan identifikasi silsilah karena suku nama terakhir wajib mengambil dari nama ayah atau kakek. Proses penambahan nama bisa dititipkan ke biro travel umrah/haji, dengan biaya  tambahan Rp 200,000. Tapi banyak referensi dari blogger yang membagi pengalaman pribadi mereka mengatakan biayanya hanya Rp 12.000 untuk membeli dua lembar mat

Mencari Alice di antara Buku Anak Indonesia

Gambar
Karpet merah panjang bergambar kartu remi menyambut langkah-langkah pengunjung memasuki arena Bologna Children’s Book Fair yang dibuka pada tanggal 30 Maret lalu. Tahun ini pameran buku anak terbesar dunia itu secara khusus memberi tempat kepada perayaan 150 tahun buku Alice in Wonderland . Kartu-kartu remi itu salah satu penanda yang diambil dari cuplikan adegan dalam buku karya Lewis Caroll yang pertama kali diterbitkan pada 1865. Karpet merah perayaan Alice in Wonderland menyambut pengunjung Bologna Children’s Book Fair Sebagai bagian dari persiapan menjadi Tamu Kehormatan pada Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia ikut tampil sebagai peserta dalam pameran ini pada 30 Maret hingga 2 April 2015 lalu. Partisipasi ini merupakan kali pertama Indonesia menampilkan buku anak karya para penulisnya secara kolektif di ajang pameran Bologna. Sebagai negara terbesar keempat di dunia,

Karen Armstrong: Biografi dan Bibliografi

Gambar
Tak banyak orang yang menulis hingga tiga autobiografi sebelum usianya mencapai enam puluh. Orang yang demikian pasti langka dan istimewa. Karen Armstrong, penulis dan peneliti terkemuka masalah sejarah dan peran agama-agama dunia, adalah salah satu orang istimewa itu. Dalam kariernya sebagai penulis yang telah merentang sejak 1982 hingga sekarang, Karen telah menghasilkan 25 buku dan sejumlah artikel jurnal, tiga di antaranya autobiografinya sendiri. Menyimak perkembangan karya Karen Armstrong tentu menarik untuk mendapatkan gambaran mendalam tentang sosok dirinya. Karen Armstrong dalam jumpa pers sebelum rangkaian acaranya di Indonesia Karier kepenulisan Karen Armstrong dimulai dengan buku autobiografinya yang pertama, berjudul  Through the Narrow Gate  (1982) .  Sebuah awal yang sudah menandai betapa dia memiliki jalan hidup yang unik, sehingga layak untuk direkam bahkan ketika usianya masih muda. Karen Armstrong yang kini dikenal sebagai penulis dan komentator terkemuk

Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan

Gambar
Agustinus WIbowo  Senang rasanya menamatkan Titik Nol . Buku ini pertama mulai saya buka pada Agustus dan baru selesai dibaca Desember 2013. Mengapa begitu lama untuk bacaan selezat ini? Saya suka berlambat-lambat untuk membaca buku Agustinus Wibowo.  Dua buku sebelumnya dari pengarang yang sama, Selimut Debu dan Garis Batas , juga baru habis saya baca dalam tempo lebih dari tiga bulan. Rasanya enggan berpisah cepat-cepat dengan kisah yang dituliskannya. Saya suka baca ulang bagian-bagian tertentu, sebelum melanjutkan ke bagian lain. Saya menikmati setiap kalimat yang dituliskannya, setiap paragraf yang membentuk bangunan ceritanya. Agustinus seorang penulis sangat apik. Dia peka terhadap psikologi pembaca. Saya tak bertemu rasa bosan di sepanjang buku setebal lebih dari 500-an halaman ini. Dia sering menggunakan kalimat bersajak, perumpamaan yang kreatif, deskripsi yang penuh warna.  Bukan hanya pengalamannya yang luar biasa, cara dia menceritakannya pun istimewa. Penggalan penga

Indonesian Publishing Scene: An Overview

*Ditulis untuk publikasi di majalah Publishing Perspectives atas permintaan editornya, Edward Nawotka.  Two years ago when  The Lost Symbol,  a thriller novel by Dan Brown, created a booming in US and UK  book market, the same thing happened in Indonesia in its own smaller scale. Indonesian translation of this book was released three months after the English edition and heavily promoted by the publisher, making it a best-selling book of the year 2010. In the same year Indonesian reader also feasted with the publication of the   Millenium Trilogy ,   Twilight Saga , and books by Malcolm Gladwell. Although foreign bestselling titles do not always became bestselling here too, Indonesian publishers followed international book trend closely. We can easily find Indonesian edition of world bestselling titles displayed prominently in book stores in main cities across the country. The genre covered generously from mainstream novels, romance, historical, fantasy, and also non-fictio