Postingan

Berkawan dengan Buku

Gambar
Pajangan buku di salah satu stand Gualadajara Book Fair 2019 Tanggal 23 April adalah Hari Buku Sedunia. Tanggal ini dipilih Unesco karena bertepatan dengan tanggal wafatnya Shakespeare dan Cervantes, 23 April 1616.  Maka pada hari ini, untuk turut merayakannya, saya ingin melacak ke belakang sejumlah nama yang dengannya saya berkawan di dunia buku.  Sebagai seorang pekerja perbukuan, saya bersentuhan dengan buku setiap hari. Terlalu banyak tapi sekilas sehingga tidak masuk hitungan. Berkawan dengan buku yang saya maksud adalah buku yang ikut mewarnai ingatan saya tentang masa lalu. Buku yang menemani saya melewati masa demi masa. Mari kita mulai dari masa sekolah dasar. Bacaan yang paling saya ingat dari masa itu adalah buku-buku serial karya Alfred Hitchcock, Enid Blyton, dan Karl May, serta seri Little House in the Prairie. Yang terakhir ini adalah juga nama film seri TVRI yang sangat popular pada 1980-an karena waktu itu tak banyak pilihan. Kami menanti dan menontonnya dengan khusyu

Anak-anak Belajar dari Hidup

Gambar
Dorothy Law Nolte, seorang wanita yang memahami pentingnya lingkungan yang positif dalam pengasuhan anak. Lahir pada Januari 1924 di Los Angeles, California, Dorothy dikenal sebagai pakar pendidikan dan pengasuhan anak, penasihat keluarga, dan penulis yang terkenal dengan puisi inspiratifnya, Children Learn What They Live.  Puisi ini pertama kali dimuat di koran The Torrance Herald pada 1954, dan sangat disukai pembaca:  orang-orang menempelkannya di pintu lemari es, dicetak pada poster dan disebarkan, serta didistribusikan ke jutaan orangtua oleh produsen susu formula. Dia mencatatkan hak cipta puisi ini pada 1972, lalu pada 1998 mengembangkannya menjadi sebuah buku, yang ditulisnya bersama Rachel Harris, Children Learn What They Live: Parenting to Inspire Values . Buku tersebut telah dicetak lebih dari 3 juta eksemplar di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Dorothy Law Nolte wafat pada November 2005, dalam usia 81 tahun. Warisannya sebagai pendidik orang tua,

"Memento Vivere"

Gambar
John Willam Waterhouse, A Tale from the Decameron, 1916 Di kota Florence, Italia, tahun 1348. Wabah Bubonik sedang mencengkeram. Perkampungan kosong, kekacauan di mana-mana, rutinitas hidup sehari-hari telah ditinggalkan. Orang yang terdampak virus konon akan mendapati bisul tumbuh di selangkangan atau ketiak mereka, lalu bintik-bintik hitam di kaki dan tangan. Ada yang tampak sehat di pagi hari, tapi pada waktu malam sudah bergabung dengan leluhur mereka di alam baka. Kematian begitu cepat terjadi, sering kali dalam kesendirian karena setiap orang harus menjauhi yang sakit agar tak terjangkit. Sekelompok anak muda memutuskan pergi meninggal kota untuk melakukan karantina mandiri. Sepuluh orang, yang terdiri atas tujuh perempuan dan tiga lelaki, menyingkir ke luar kota untuk menghindari sengsara yang melanda, karena tak ada yang bisa berbuat apa-apa selain menyaksikan tumpukan mayat-mayat terus bertambah dan mendengar kabar tentang siapa yang mati hari ini. Yang mereka lakukan dal

Bahasa Visual Sang Pelukis Gagal

Gambar
" Aku seorang pelukis gagal, tapi sang pelukis tak pernah mati di dalam diriku ."~Orhan Pamuk Orhan Pamuk, book signing, Sharjah, 31 Oktober 2019 Pada akhir Oktober 2019 di Sharjah, UAE, saya sempat mengikuti acara talk show yang menghadirkan Orhan Pamuk di panggung Sharjah International Book Fair. Dia berbicara tentang apa alasannya menulis dan kebebasan berekspresi di Turki.

Aleph (Paulo Coelho)

Gambar
Buku ini berisi omong kosong tentang Aleph, yaitu sesuatu yang terjadi ketika dua orang atau lebih merasakan ketertarikan yang sangat kuat lantaran mereka pernah terhubung di masa lalu. Coelho sepertinya terobsesi dengan hal seperti ini, reinkarnasi, akashic energy , dan yang semacamnya.

Mencari Marwan

Gambar
Malam telah larut. Semua orang sudah meninggalkan kafe itu kecuali seorang lelaki tua yang tampak begitu larut dalam pikirannya. Kepalanya tertunduk, satu tangannya menyapu bagian belakang kepalanya. Mungkin dia mengantuk, tapi tak ingin pulang, menghindari berhadapan kesepian, atau mungkin dia sedang sedih karena kehilangan anggota keluarga dalam sebuah musibah? Aku hanya bisa menebak.

Mengunjungi Isfahan dari Bandung

Gambar
Saya baru kembali dari kunjungan ke Naqsh-e Jahan di Isfahan, Iran. Tadi malam. Saya mengunjungi bangunan megah yang didirikan pada abad keenam belas itu, bersama seorang pemandu wisata lokal yang ramah. Ya, di masa lockdown ini, ketika perjalanan ke luar negara nyaris tak bisa dilakukan disebabkan pandemi Covid-19 yang membuat banyak perjalanan dibatalkan dan usaha perjalanan gulung tikar.