Postingan

Menampilkan postingan dengan label sehari-hari

Ajisai

ajisai mulai berbunga. pertanda musim hujan tiba. kuncup rimbun hijaunya mengembang, mulai dari bagian terluar. tunas-tunas hijau menjelma kelopak biru, pink, putih dan kelabu. bagian tengahnya masih hijau. lama-kelamaan seluruh kuncup mekar, membentuk kumpulan bunga yang rimbun. ajisai yang saya tanam di halaman belakang setahun lalu punya empat rumpun bunga. baru satu yang mulai kembang. yang ada di halaman mizutani-san berbunga puluhan rumpun dengan ukuran yang lebih besar. banyak di antaranya telah mekar. warnanya biru tipis, nyaris putih. tanamannya tinggi dan lebat, barangkali telah berusia sepuluh tahunan.

midori senta no matsuri

festival tahunan balai desa. barangkali itulah istilah yang paling mendekati bagi kegiatan di midori centre kemarin. semua organisasi masyarakat yang menggunakan tempat ini sebagai tempat beraktivitas menampilkan hasil kegiatan mereka dalam festival tiga hari ini. acara hari sabtu dibuka dengan pertunjukan taiko di halaman depan. saya selalu terpukau dengan pertunjukan musik sederhana ini. dua tabuh besar masing-masing dipukul oleh dua orang mengharmonikan gerak dan pukulan, menghasilkan bunyi yang hampir seperti magis karena iramanya yang berulang dan bergelombang. bukan hanya tangan dan kaki mereka yang mengikuti gerak pukulan itu, kepala mereka pun bergoyang untuk membantu harmonisasi. seorang anak kecil menirukan gerak mereka di baris depan kerumunan penonton. saya tiba di sana sesaat sebelum pukul sepuluh. sepeda tidak bisa diparkir di tempat biasa karena halaman depan dipakai untuk pertunjukan taiko dan penjualan hasil pertanian. masuk ke dalam, orang-orang ramai berdesakan sejak

i-Rambling

pagi ini untuk sesaat sangat hening. tak ada bunyi kereta, lonceng pintu rel atau motor pengantar koran. gagak pun diam. suara dengkuran dari kamar sebelah juga sudah tidak sampai lagi ke telinga saya. seolah-olah tak ada makhluk lain di bumi ini yang terjaga kecuali saya. bayangkan kalau saya terdampar ke sebuah tempat yang benar-benar tak dihuni siapa pun. apakah saya akan merasa ada gunanya untuk terus bertahan hidup? barangkali saya akan berteman dengan binatang-binatang, tapi kalau bahkan binatang pun tidak ada, barangkali saya akan menikmati saja pemandangan yang ada. tumbuh-tumbuhan dan matahari, bulan dan bintang. tapi suasana hati saya akan sangat ditentukan oleh apa yang ada dalam ingatan saya. jika saya punya kenangan tentang hidup dalam lingkungan bermasyarakat, saya akan sangat merindukan untuk kembali berada di sana. saya akan punya daya dorong untuk mencari jalan kembali bertemu manusia. kalau saya tidak punya ingatan itu saya hanya akan didorong oleh kebutuhan fisik mak

Bahasa dan Kekerasan

Anak salah seorang teman saya sangat senang memukul. Orang bilang anak itu seperti gatal tangannya kalau tidak diayunkan untuk memukul anak lain. Saya lihat di antara anak-anak teman saya, hanya dia yang berperilaku seperti itu.  Anak itu berusia dua tahun, belum bisa bicara dan masih ngedot botol susu. Saya menduga, dia suka memukul karena kurang diajak bicara. Selain juga, barangkali, karena mendapat contoh dari orangtua.  Pemicunya, seperti biasa di antara anak-anak, adalah rebutan mainan. Jika tidak diberi, tangannya dengan cepat memukul kawannya dengan bertubi-tubi. Kawan yang dipukulinya sudah menangis hebat ketika ibu si anak itu datang melerai.  Apa yang dilakukan si ibu setelah itu? Dia menjewer telinga anaknya dan menyuruh dia minta maaf. Anak itu akan datang kepada kawannya yang sudah berurai airmata dan lelehan ingus itu, mendekatkan muka ke wajah yang meringis itu sambil bilang gomen ne , bahkan kadang mencium pipi kawannya yang menangis.  Orang-orang dewasa di sekitarnya

Silent Night dan Bumi yang tak pernah lupa

Gambar
Saya menyelesaikan Silent Night dari Mary Higgins Clark dalam empat jam. Genre suspense . cerita manhunt dengan seting waktu sekitar malam natal. Saya teringat Sandra Brown. Mirip-mirip begitulah struktur ceritanya. Dengan POV jamak dan akhir adegan yang dibiarkan menggantung, pembaca dibuat khawatir tentang nasib orang baik yang ada di tangan si orang jahat.  Bbunga narcissus pertama mekar di halaman belakang. Agak terlambat dibanding yang ada di halaman  ibu Mizutani di sebelah. Tanah tempat saya menanamnya bertemu lantai semen sepuluh senti di bawah permukaannya. Hujan lebat dan angin kencang seharian kemarin sudah merontokkan banyak kuntum bunga narcissus ibu Mizutani, yang ada di halaman saya baru mekar. Tak ada pesaing untuk memudarkan pesonanya.  Well, what am I doing now. Thats my question. I keep doing things I told myself to stop doing. Thats kind of stupidity, isnt it.  Bumi tidak pernah melupakan apa yang kita berikan. musim panas tahun lalu, saya membuang biji melon di hal