Postingan

berada di awal bulan yang baru. saya kembali disadarkan tentang laju waktu yang tak bisa berhenti. saya kembali merasa didesak oleh diri sendiri untuk segera mewujudkan cita-cita saya. tapi pagi ini saya memulainya dengan keraguan. saya belum juga bisa melihat dengan jelas arah yang mesti saya tempuh. seperti apa keadaan diri saya sebenarnya, dengan kemandegan yang terlalu besar. saya betul-betul sulit untuk berubah, sulit untuk melepaskan diri. sulit mengambil keputusan dan mengambil tindakan. mau apa saya sebenarnya? musim sudah berganti. hari-hari yang hangat menanti di depan. lemari pakaian saya bongkar, pakaian-pakaian musim dingin disimpan di bagian belakang. barisan depan kini diisi oleh pakaian musim panas yang lebih tipis dan ringan. karpet dijemur, pemanas ruang disingkirkan, pelembab ruang dibongkar dan dibersihkan, lapisan kerak dari uap air yang menempel di bagian dalamnya yang sudah tebal dikerik, garing seperti biskuit.
semangat itu, seperti keimanan, bisa naik turun. kemarin saya memiliki keyakinan seorang prajurit untuk terus maju. untuk tidak mudah menyerah berhadapan dengan keterbatasan, bahkan rasa mustahil. saya tahu, saya akan kehilangan bara semangat itu jika saya tidak segera menyambutnya dengan tindakan, layaknya saya membiarkan nyala kecil ditiup angin. saya mesti menjaganya biar tetap menyala, membesar dan membuahkan hasil. pagi ini saya bangun agak terlambat. sedikit rasa pesimis menyelinap, apakah saya akan benar-benar mampu membuat perbedaan satu tahun dari sekarang. perubahan itu dibuat dari hari ke hari. tapi saya rasanya menghadapi hari-hari yang sama selalu. kapan saya bisa berbeda?
siang ini saya bersepeda keluar semata-mata demi alasan menyegarkan pikiran. saya merasa sumpek siang ini karena runtutan peristiwa virtual di milis asah dan kegundahan saya sendiri yang masih belum melihat cahaya terang di ujung terowongan ini. saya melewati jalan nokodaidori. saya tidak merencanakan rute, hanya membiarkan kaki mengayuh dan mengantar saya ke sebarang tempat. semacam freewriting, ini adalah freeride. ternyata saya melalui tempat-tempat yang paling biasa saya lewati dalam keadaan tidak direncanakan itu.waktuu tiba dekat kuriyama koen, saya mengarahkan secara sadar. saya harus menghindari koen itu supaya hanifa tidak menuntut untuk mampir ke sana. saya lewat rumah-rumah dan gang kecil di belakang inageya. daerah yang belum pernah saya datangi. di sana ada kebun bonsai. satu halaman luas yang dipenuhi meja berisi pohon-pohon kerdil yang berusia tua. saya tidak berani terlalu jauh, saya kembali berbalik lewat jalan yang lain dan akhirnya mampir ke nagasakiya. ternyata free
hari ini pembukaan pameran buku tokyo. hujan. saya akan datang, berangkat dari rumah pukul sepuluh. seingat saya hari pertama pameran itu selalu hujan, sejak saya pertama menghadirinya tahun duaribu. stephen wolfram, seorang jenius. umur lima belas dia sudah menulis makalah ilmiah di sebuah jurnal. umur dua puluh dia sudah menyelesaikan phd. dia kini berumur empat puluhan, pelopor studi ttg automata, merancang software mathematica. dia berkeyakinan seluruh alam semesta pada akhirnya dapat diformulasikan dalam sebauh persamaan matematika. kalau dia berhasil menemukan itu dia tentu akan setara dengan einstein dalam ingatan umat manusia. mas budi pesan mencarikan buku panduan mathematica yang ditulis wolfram di pameran buku. tapi saya tidak berhasil menemukannya. saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di pojok bargain buku asing itu dalam kunjungan tadi pagi. hampir tiga jam saya berada di ruang pameran. saya kira hany lima belas menit saya melewatkannya di luar pojok itu, wakt
sebuah hari baru, lagi. ketika hari masih pagi saya begitu penuh pengharapan. saya mengira hari ini akan ada kesempatan bagi saya untuk melakukan sesuatu yang besar. sesuatu yang akan mengubah hidup saya, sebuah belokan dari jalur yang telah saya tempuh selama ini. saya membayangkan di hadapan saya terbentang kesempatan itu, menunggu saya mendatanginya dan melakukan keajaiban. masuk tengah hari pengharapan itu belum tampak wujudnya. saya seperti menunggu untuk menggerakkan diri ke sana tapi begitu banyak kesibukan dan urusan lain yang menyita perhatian dan tenaga saya. pelan-pelan saya merasakan pudarnya harapan besar pagi tadi. ketika matahari beranjak turun dari puncak langit, saya kembali ke keadaan yang sama seperti hari sebelumnya. hari ini ternyata bukan kesempatan bagi perubahan besar itu. saya mesti menunggu esok lagi. malam ingin cepat dikejar agar saya segera tiba di pagi yang penuh harapan. bumi terus berputar. hari ini berulang, seragam. membentuk tahun, menambah um