Di Sebuah Persimpangan
Aku harus keluar pagi-pagi. Tidak seperti biasa. Ada janji pertemuan yang tak bisa diubah. Buru-buru menyalakan mesin lalu melesat pergi. Aku tahu lalu lintas akan seperti neraka pagi ini, tapi aku hampir terlambat. Memasuki jalan utama, benar saja: macet! Aku berbelok dan mengambil jalan kecil. Jalan itu membawaku masuk ke perkampungan dan melewati ladang-ladang subur. Jagung mulai matang dengan untaian rambut keemasan, beberapa pekerja sedang memanen. Sambil menyetir, aku menyantap sarapan--tak sempat melakukannya tadi di rumah. Kebiasaan buruk. Jalanan berlubang-lubang, tapi aku menikmatinya hingga akhirnya kembali masuk ke jalan utama. Lampu lalu lintas di depan menyala hijau, kuning, lantas merah. Menunggu di belakang lintasan penyeberangan, aku memperhatikan sekelompok orang di pojok perempatan. Para pekerja penggali tanah. Duduk di samping peralatan kerja mereka. Linggis, cangkul, pangkur. Ada sekitar sepuluhan lelaki setengah baya. Wajah cokelat kehitaman terbakar m