Postingan

Komentar atau tidak?

Pengalaman yang lalu-lalu menunjukkan kepada saya bahwa dibukanya peluang memberi komentar pada blog secara terbuka mengundang berbagai jenis orang jahil yang mampir di blog untuk mengisi komentar dengan iklan-iklan yang tak pantas, pernyataan cabul dan ajakan yang tidak senonoh. Itu membuat saya jera membuka blog bagi publik. Tapi itu tiga tahun lalu, ketika blogger.com barangkali masih pada tahap belajar juga sehingga mereka tidak memberikan opsi pembatasan pada pemberi komentar. Saat ini saya lihat pada bagian pengaturan ada pilihan yang memungkinkan pembatasan jenis pengunjung blog yang bisa memberi komentar. Saya memutuskan untuk menampilkan kembali kolom komentar di sini.

Di Sebuah Persimpangan

Gambar
Aku harus keluar pagi-pagi. Tidak seperti biasa. Ada janji pertemuan yang tak bisa diubah. Buru-buru menyalakan mesin lalu melesat pergi. Aku tahu lalu lintas akan seperti neraka pagi ini, tapi aku hampir terlambat. Memasuki jalan utama, benar saja: macet! Aku berbelok dan mengambil jalan kecil. Jalan itu membawaku masuk ke perkampungan dan melewati ladang-ladang subur. Jagung mulai matang dengan untaian rambut keemasan, beberapa pekerja sedang memanen.  Sambil menyetir, aku menyantap sarapan--tak sempat melakukannya tadi di rumah. Kebiasaan buruk.  Jalanan berlubang-lubang, tapi aku menikmatinya hingga akhirnya kembali masuk ke jalan utama. Lampu lalu lintas di depan menyala hijau, kuning, lantas merah.  Menunggu di belakang lintasan penyeberangan, aku memperhatikan sekelompok orang di pojok perempatan.  Para pekerja penggali tanah. Duduk di samping peralatan kerja mereka. Linggis, cangkul, pangkur.  Ada sekitar sepuluhan lelaki setengah baya. Wajah cokelat kehitaman terbakar m

catatan minggu pagi

aku duduk di bawah hangat mentari pukul delapan. dua anak tekun mengumpulkan daun-daun kuning berguguran, biji-bijian, dan sulur-sulur pohon di taman. teman sebidukku membenamkan wajah di koran minggu pagi. federer safin maldini berserak di halaman yang sedang dibukanya. pertandingan semalam ditonton ulang dalam lukisan kata-kata. pikiranku juga disesaki nama-nama. tanpa sadar jemariku bergerak menghadirkan mereka di layar kecil berpendar. seperti teramat penting. sederet nama serta beberapa patah kata yang mereka tulis setelahnya. hening membeku sejenak. beberapa ekor burung merasa aman untuk hinggap di rerumputan sekitarku. bayangan pohon bergerak sekian mili. tak ada yang terlalu penting. seperti lazimnya di minggu pagi. aku menoleh kembali ke sekitar. pemandangan sedikit berubah. dua anak itu tak lagi di tempat yang tadi. burung-burung berhamburan menjauh. beberapa pencetan tombol tadi telah memutusku dengan kasar dari kehadiran di sini. ada yang salah tampaknya. kawan-kawan di

Journal of Solitude

Gambar
Sebuah buku lama yang kembali muncul ke permukaan, Journal of a Solitude karya May Sarton (1973). Berbeda dengan Operating Instructions , buku ini aku dapatkan dalam kondisi yang sudah agak ‘renta’, punggungnya mulai terkelupas dan halamannya agak menguning dan mudah terlepas-lepas. Tergeletak di bawah tumpukan bargain books di arena pameran buku Tokyo tahun 2001.  Kenapa aku tertarik buku ini pada waktu itu, padahal aku tidak kenal pengarangnya? Aku kira karena subjudulnya, " the intimate diary of a year in the life of a creative woman ."  Dan untuk alasan apa buku ini teringat lagi sekarang setelah ia lama bergelut dengan debu di rak pojok sana?  Karena gardening , ada beberapa bagian dalam buku ini yang dulu, bertahun-tahun lalu, mendorongku untuk mencoba menanam dan memelihara beberapa tanaman bunga di halaman, yang belakangan ini  ingin aku coba mulai lagi.  Journal of a Solitude adalah sebuah buku yang sangat personal. Berisikan catatan kehidupan selama satu tahun seora

Operating Instructions

Gambar
Judul buku yang aneh, kalau tak lihat subjudulnya, orang tentu akan menduga buku ini berisi panduan menggunakan sebuah peralatan. Komputer, mungkin. Atau mesin keruk. Atau food-processor barangkali.  Tapi bukan, jelas bukan, karena subjudul itu berbunyi, ‘ a journal of my son’s first year .’ Penulisnya novelis Anne Lamott.  Buku ini disebut sebagai diari yang paling kocak, paling jujur dan sangat menyentuh dari seorang ibu yang baru melahirkan anak pertama.  Kadang-kadang kita jadi teringat satu buku yang sudah lama kita baca hanya gara-gara hal sepele. Aku teringat buku ini gara-gara plester. Ya, plester penutup luka itu. Ada satu bagian kecil, sambil lalu, dalam buku ini yang bercerita tentang plester.  Dulu, bertahun-tahun lalu, bagian itu telah mengajariku untuk selalu menyediakan cadangan plester dalam jumlah banyak di rumah. Plester bekerja seperti magis pada anak kecil. Sedikit luka, meringis sakit secara berlebihan, ditempeli plester, tangisan lenyap seketika seakan-akan luka