Transisi

Kurang dari sepuluh pekan lagi waktu untuk kembali ke indonesia. Suasana berpisah mulai terasa. Barang-barang mulai dikemasi. Lima tahun tinggal di sini, kalau dimisalkan sebuah pohon, akarnya sudah tumbuh cukup kuat. Untuk mencerabut diri dari tempat itu perlu tenaga cukup besar, tapi yang tertinggal hanya terpaksa ditinggal, akar-akar halus yang sudah menyusup terlalu kuat: perasaan yang tertinggal, kenangan yang akan dibawa dan gambaran yang akan terus melekat dalam pikiran.

Menyusun satu persatu buku-buku ke dalam kardus tadi pagi, tak terelakkan menyelinap sedikit rasa sedih di hati akan mengakhiri sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Semua yang berawal akan berakhir, memang. Tapi menyongsong sebuah akhir, bagaimana pun tetap terasa menyedihkan. Menyongsong sebuah kebaruan tetap terasa gamang, karena kita tidak tahu apa yang menanti di depan.

Berkemas membuat kita bisa melihat betapa hidup sering dilalui dengan menunda-nunda pekerjaan dan menumpuk barang yang tak benar-benar perlu. Saya bertemu dengan buku-buku yang sejak empat tahun lalu ingin saya baca, tapi sampai hari ini masih belum tersentuh satu halaman pun. Ada print-out artikel dari internet yang saya niatkan sebagai bahan tulisan yang tak pernah mewujud sampai sekarang. Majalah-majalah yang ingin saya baca, tapi hanya bertumpuk mengumpulkan debu. Potongan catatan yang ingin saya kembangkan menjadi sebuah artikel yang tak pernah dituliskan. Banyak rencana yang terbengkalai. Keinginan besar, kemampuan kurang. Kemauan banyak, waktu sempit. Selalu begitu, barangkali. Kita tidak pernah benar-benar bertobat dari gaya hidup seperti ini. Saya teringat waktu pindahan dari tempat kos, keadaannya sama seperti hari ini. Banyak buku yang bertanda di halaman terakhir yang saya baca, tapi tetap tak terselesaikan. Banyak barang yang suatu waktu saya beli dan simpan untuk dimanfaatkan nanti, tapi akhirnya tetap tak terpakai sampai terakhir.

Pindah rumah, pindah negara tempat tinggal adalah saat transisi. Kita meninggalkan tempat yang telah menjadi "rumah" bagi kita, memulai lagi babak baru, menyesuaikan diri lagi dengan keadaan yang baru. Tapi transisi itu rupanya tidak sampai mengubah sesuatu yang mendasar dalam diri kita. Kita tetap seorang yang suka menumpuk rencana, menunda pekerjaan, mengumpulkan informasi tapi tidak menambah pengetahuan.

Populer

"Memento Vivere"

Pidi Baiq dan Karya-karyanya

Pemberontakan seorang "Freelance Monotheist"