Eric Weiner si Pelancong Filosofis dan Buku-bukunya

 


 Photo credit: Marina Nedekova.

Mari  berkenalan dengan Eric Weiner. Di situs web pribadinya, dia mengawali perkenalan dirinya sebagai berikut: "Saya adalah seorang penulis, pembicara, dan mantan koresponden untuk NPR". Terdengar sangat biasa. Tapi, bagian selanjutnya jadi menarik: "saya lebih suka disebut seorang pelancong filosofis."  

Apa itu "pelancong filosofis"? Pastinya ini bukan pelancong biasa. Eric menyebut dirinya tertarik--atau bahkan terobsesi--dengan perjumpaan antara tempat dan ide. Dia yakin, setiap tempat memiliki gagasan dan jiwa yang berbeda-beda. Dalam perjumpaan antara tempat dan ide itulah berlangsung pencarian akan kebahagiaan, kebijaksanaan dan ekspresi kreatif. 

Barangkali itulah arti "pelancong filosofis". Pelancongan yang bukan sekadar untuk melihat-lihat dan jalan-jalan, tetapi untuk mencari makna kebahagiaan, kebijaksanaan dan kreativitas.

Dengan semangat yang itulah Eric Weiner melakukan setiap perjalanan. Dia mengajak kita ikut dalam penjelajahan itu lewat buku-bukunya:  The Geography of Bliss (2008), The Geography of Faith (2011), The Geography of Genius (2016), dan The Socrates Express (2020). Buku-buku ini telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa dan laris di berbagai negara, termasuk Indonesia.





Geography of Bliss 



Di dalam buku ini Eric Weiner menuliskan catatan perjalanan dengan penuh humor. Sebagai koresponden luar negeri untuk National Public Radio (NPR), Eric bertugas meliput berbagai bencana alam maupun musibah akibat perbuatan manusia. Dalam Geography of Bliss dia mengimbangi itu dengan mengunjungi tempat-tempat yang paling berbahagia di dunia.

Dibimbing oleh ajaran para filsuf kuno tentang "ilmu kebahagiaan", Eric berkeliling dunia mencari tempat-tempat paling bahagia dan pelajaran apa yang bisa diambil dari sana. Dari Islandia, salah satu negara paling bahagia di dunia, hingga Bhutan, yang rajanya menjadikan Gross National Happiness sebagai prioritas, hingga Moldova yang tidak termasuk tempat yang bahagia. 

Di Swiss, Eric menemukan kebaikan rasa bosan. Di Qatar, hubungan langsung antara uang dan kebahagiaan terlihat jelas. Di India, orang Barat mencari kebahagiaan di kaki para guru.

Geography of Bliss adalah catatan perjalanan ide-ide, perjalanan mencari jawaban mendesak di zaman kita: apakah bahan terpenting bagi hidup yang baik, mengapa suatu tempat lebih bahagia daripada tempat yang lain, bagaimana kita dibentuk oleh lingkungan sekitar kita.

Geograpy of Bliss adalah tentang tempat, bagaimana tempat dalam setiap aspeknya membentuk kita, mendefinisikan kita. Bagaimana berpindah tempat dapat mengubah hidup kita.








Mengapa kita traveling? Menurut Eric Weiner, alasannya sama dengan mengapa kita berkontemplasi: kita ingin melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, menggali keindahan tersembunyi dan menemukan cara-cara baru untuk menjalani kehidupan. Kita ingin merasakan ketakjuban, melupakan sesal, menopang harapan-harapan.

Eric suka filsafat dan jalan-jalan. Dia menggabungkan kedua kesukaan ini dengan melakukan perjalanan yang menyingkapkan pelajaran-pelajaran kehidupan yang mengejutkan dari pada filosof dunia, dari Marcus Aurelius, hingga Arthur Schopenhauer, dari Confusius hingga Montaigne. 

Naik kereta, menurut Eric, adalah moda perjalanan yang paling mendukung permenungan. Dengan kereta api, Eric menjalani jarak ribuan kilometer, melalui perhentian di Athena, Delhi, Massachusetts, Coney Island, Frankfurt, dan tempat-tempat di antaranya, untuk memahami tujuan awal filsafat: mengajari kita bagaimana menjadi lebih bijak, menjalani hidup yang lebih bermakna. Tempat-tempat dan para pemikir yang dipilih Eric di dalam buku ini memberikan rambu-rambu penting dalam mengarungi zaman yang terus bergolak.

Buku ini mengajak kita berjalan-jalan bersama penulis untuk mencari jawaban yang bijaksana bagi pertanyaan-pertanyaan hidup yang paling penting.

Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya