Agustus dan Rosemary
Agustus hujan terus. Saya tidak menyangka cuaca Agustus tahun ini akan seperti ini. Dingin di pagi hari selama musim kemarau memang hal yang biasa di Bandung. Suhu pagi bisa di kisaran 17-20 derajat, lalu siang hari terik dengan suhu bisa tembus 28–30 derajat. Rentang yang cukup lebar. Itu yang saya ingat dari Agustus tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini lain. Hujan hampir setiap hari. Dingin sejak pagi sampai malam. Saya sampai pakai jaket dan kaus kaki di dalam rumah beberapa hari belakangan ini.
Rencana saya menumbuhkan Rosemary di musim ini tampaknya akan gagal. Rosemary butuh panas dan kering yang panjang. Ini entah sudah yang keberapa kali saya mencoba menumbuhkan Rosemary. Selalu gagal. Saya tertarik menanamnya karena suka aromanya. Saya betah menghidu wangi daunnya, dan ingin menanam beberapa batang di halaman depan.
Sekitar Maret lalu, saya coba lagi beli lima bibit tanaman Rosemary. Tiga di antaranya saya pindah ke tanah. Dua lagi dibiarkan di dalam polybag. Yang dua sudah mati. Dari yang tiga, hanya satu yang bertahan.
Saya sengaja memindahkannya ke tanah di bulan Juli lalu. Berharap begitu masuk Agustus akarnya sudah cukup kuat di tanah, sudah terbiasa dengan lingkungan barunya. Lalu, dapat cukup sinar matahari untuk membantu tunas-tunas barunya tumbuh.
Rosemary yang malang, tinggal satu dahan yang bertahan |
Tapi, cuaca begini membuat harapan itu susah terwujud. Beberapa dahannya tampak sudah berubah coklat dan harus dipotong. Tersisa satu dahan berdaun hijau yang masih bertahan. Entah apakah dia akan kuat melawan cuaca yang tidak bersahabat dengan karakternya ini.
Barangkali ini belum waktunya buat Rosemary. Kemarau tahun ini bukan untuknya. Tapi, saya tidak akan berhenti mencoba. Coba lagi di musim berikutnya.
Tapi, siapa tahu, dari hujan yang tidak biasa di Agustus ini, ada sesuatu yang diam-diam sedang tumbuh--sesuatu yang belum saya lihat sekarang.
Komentar
Posting Komentar