Postingan

waktu selalu terasa semakin habis dan tidak cukup kalau kita tidak mengerjakan sesuatu yang semestinya kita kerjakan. saya kira cara pandang tentang waktu ini ada hubungannya juga dengan sikap pesimis dan optimis. bagi seorang pesimis, gelas terlihat setengah kosong, si optimis melihatnya setengah berisi. pandangan gelas setengah kosong itu terlihat di mana-mana. rusak sedikit dianggap rusak besar dan sebuah barang lantas dibuang karenanya. bunga yang sedikit layu dianggap tidak indah sama sekali lantas dicabut dan dibuang, padahal dengan sedikit perawatan dan kesabran bunga itu bisa tumbuh sehat dan cantik kembali. saya sering mendapatkan diri saya berada dalam sisi pengamat gelas setengah kosong. saya anggap setengah jam terlambat dari biasanya sebagai sebuah kegagalan dan memutuskan untuk tidak memulai sama sekali. sebuah kotak bento yang retak tutupnya sebagai benda yang tak lagi bisa dipakai. saya sering memandang sesuatu yang kurang sempurna, sesuatu yang tidak utuh sebagai ti

Silent Night dan Bumi yang tak pernah lupa

Gambar
Saya menyelesaikan Silent Night dari Mary Higgins Clark dalam empat jam. Genre suspense . cerita manhunt dengan seting waktu sekitar malam natal. Saya teringat Sandra Brown. Mirip-mirip begitulah struktur ceritanya. Dengan POV jamak dan akhir adegan yang dibiarkan menggantung, pembaca dibuat khawatir tentang nasib orang baik yang ada di tangan si orang jahat.  Bbunga narcissus pertama mekar di halaman belakang. Agak terlambat dibanding yang ada di halaman  ibu Mizutani di sebelah. Tanah tempat saya menanamnya bertemu lantai semen sepuluh senti di bawah permukaannya. Hujan lebat dan angin kencang seharian kemarin sudah merontokkan banyak kuntum bunga narcissus ibu Mizutani, yang ada di halaman saya baru mekar. Tak ada pesaing untuk memudarkan pesonanya.  Well, what am I doing now. Thats my question. I keep doing things I told myself to stop doing. Thats kind of stupidity, isnt it.  Bumi tidak pernah melupakan apa yang kita berikan. musim panas tahun lalu, saya membuang biji melon di hal

April 2003

Saya menyesal sudah menghilangkan tanpa sengaja, jurnal minggu ketiga Februari. Keusilan mengutak-atik folder, memindah-mindah lokasi file di pda Zaurus, telah mengantarkan ke musibah itu. Padahal itu kegiatan yang sama sekali tidak perlu.  Baiklah, lupakan apa yang telah hilang. Toh, bagi saya catatan ini adalah saluran untuk keinginan menulis yang muncul dari saat ke saat. Tidak dimaksud sebagai sebuah monumen untuk disaksikan dan dikenang, meski membaca lagi catatan itu selalu memunculkan rasa senang. Ketika membaca ulang jurnal lama saya merasa melihat diri saya dalam tingkat yang lebih tinggi, sebuah diri yang lebih matang dibanding yang bisa saya akui dalam kesadaran sehari-hari. Itulah barangkali yang mendorong orang untuk menulis, untuk melihat nilai lebih yang ada di dalam dirinya. Karena ketika menulis dia bersandar pada pikiran yang lebih tertata, urutan logika yang bisa diuji dan keindahan gagasan yang bisa dibagi bersama orang lain. Perlahan-lahan saya meraih gambaran yang
hari ini untuk pertama kalinya saya bisa keluar tanpa jaket. langit cerah, suhu berkisar delapan belas, tapi merasakan hangatnya saya kira mencapai dua puluh. sakura mekar di mana-mana. meskipun hujan turun seharian dua hari yang lalu, banyak pohon yang masih rimbun. saya hampir khawatir kalau-kalau sudah lewat kesempatan untuk memotret sakura tahun ini. ini gara-gara ketika melewati sen-gawa di depan koganei koen, saya melihat pohon-pohon tandus tak berbunga. apakah bunganya sudah gugur atau memang ini jenis pohon yang tidak berbunga sehingga yang terlihat hanya tunas-tunas daun muda yang masih kecoklatan. masuk ke dalam koen, saya menyaksikan lagi keajaiban itu. sakura melambai-lambai ditiup angin di dahan-dahan yang menjulur menyapa orang-orang ramai yang piknik di bawahnya. rupanya belum lewat kesempatan itu. meski ini hari senin, dan hari pertama masuk sekolah, orang-orang ramai ber-hanami. antrean panjang di tempat jual makanan dan petugas sampah sibuk membereskan sisa koganei ma

Ruang ideal untuk menulis

saya tidak menuntut sebuah ruang yang sangat rumit. sesungguhnya menulis bagi saya adalah sebuah kegiatan yang tidak terlalu bergantung pada tempat. orang bisa menulis di mana saja. meskipun tentu saja kalau bisa melakukannya di satu tempat khusus secara teratur akan berpengaruh baik pada kegiatan tersebut.  sebutlah syarat-syarat minimal tempat tersebut menurut saya adalah cahaya yang cukup, ketersediaan tempat untuk menyimpan buku, barangkali cukup satu rak kecil, kemudian meja yang cukup luas untuk menempatkan komputer sekaligus untuk menulis dengan tangan.  saya senang jika mengetik di komputer dan menulis di kertas dapat dilakukan di satu meja.  saya barangkali perlu menuliskan gambaran yang detail untuk ruang spesifik dalam bayangan saya, bukan gambaran umum yang masih membuka banyak kemungkinan. ruangan itu berukuran tiga kali tiga meter, dengan jendela besar yang membuka ke arah taman kecil yang ditata indah. wangi bungan-bunga yang sedang mekar masuk ke dalam ruangan itu ket