Postingan

salah satu yang ingin saya hindari dalam hidup ini adalah mengumpulkan barang-barang yang ternyata tidak saya butuhkan. saya tidak ingin rumah saya menjadi tempat penyimpanan barang-barang yang tak benar-benar bermanfaat, yang tidak pernah digunakan sekali pun, yang ada hanya karena keinginan sesaat untuk memiliki ketika melihatnya. itulah sebabnya saya selalu menahan diri ketika berjalan-jalan di fleamarket. seringkali pulang tanpa membeli apa-apa, hanya melihat-lihat, sambil berpikir setiap kali melihat sebuah barang, untuk keperluan apa barang tersebut jika saya memilikinya. akhirnya semua barang yang dijajakan di sana, meski murah dan bagus, tidak pernah berpindah ke tangan saya. datang ke fleamarket tanpa rencana tidak pernah menjadi sesuatu yang betul-betul menarik. barang yang paling sering saya beli di sana adalah buku dan pakaian. buku selalu terpakai, terutama buku cerita anak-anak untuk hanifa. saya jarang menemukan buku untuk saya di fleamarket koganei koen karena hampir ti
mengurangi sampah dimulai dari pemilahan sampah, begitu tertulis di truk sampah koganei yang warna hijau muda. para istri ini tampaknya disuruh berhenti berpikir. ketika ditanya mengapa dia tidak naik sepeda, jawabannya tidak dibolehkan suaminya. itu seperti sudah menjelaskan semua duduk persoalan. seperti sesuatu yang tak perlu digugat lagi. lawan bicara pun terdiam sambil bertanya dalam hati, menurut dia sendiri apa salahnya jika dia naik sepeda. apakah tidak ada sebuah alasan objektif yang bisa ditemukannya sehingga larangan itu bisa tampil sebagai sesuatu yang masuk akal, bukan sekadar bukti kemahakuasaan suami atas kehidupan dan pilihannya sehari-hari.
berada di awal bulan yang baru. saya kembali disadarkan tentang laju waktu yang tak bisa berhenti. saya kembali merasa didesak oleh diri sendiri untuk segera mewujudkan cita-cita saya. tapi pagi ini saya memulainya dengan keraguan. saya belum juga bisa melihat dengan jelas arah yang mesti saya tempuh. seperti apa keadaan diri saya sebenarnya, dengan kemandegan yang terlalu besar. saya betul-betul sulit untuk berubah, sulit untuk melepaskan diri. sulit mengambil keputusan dan mengambil tindakan. mau apa saya sebenarnya? musim sudah berganti. hari-hari yang hangat menanti di depan. lemari pakaian saya bongkar, pakaian-pakaian musim dingin disimpan di bagian belakang. barisan depan kini diisi oleh pakaian musim panas yang lebih tipis dan ringan. karpet dijemur, pemanas ruang disingkirkan, pelembab ruang dibongkar dan dibersihkan, lapisan kerak dari uap air yang menempel di bagian dalamnya yang sudah tebal dikerik, garing seperti biskuit.
semangat itu, seperti keimanan, bisa naik turun. kemarin saya memiliki keyakinan seorang prajurit untuk terus maju. untuk tidak mudah menyerah berhadapan dengan keterbatasan, bahkan rasa mustahil. saya tahu, saya akan kehilangan bara semangat itu jika saya tidak segera menyambutnya dengan tindakan, layaknya saya membiarkan nyala kecil ditiup angin. saya mesti menjaganya biar tetap menyala, membesar dan membuahkan hasil. pagi ini saya bangun agak terlambat. sedikit rasa pesimis menyelinap, apakah saya akan benar-benar mampu membuat perbedaan satu tahun dari sekarang. perubahan itu dibuat dari hari ke hari. tapi saya rasanya menghadapi hari-hari yang sama selalu. kapan saya bisa berbeda?
siang ini saya bersepeda keluar semata-mata demi alasan menyegarkan pikiran. saya merasa sumpek siang ini karena runtutan peristiwa virtual di milis asah dan kegundahan saya sendiri yang masih belum melihat cahaya terang di ujung terowongan ini. saya melewati jalan nokodaidori. saya tidak merencanakan rute, hanya membiarkan kaki mengayuh dan mengantar saya ke sebarang tempat. semacam freewriting, ini adalah freeride. ternyata saya melalui tempat-tempat yang paling biasa saya lewati dalam keadaan tidak direncanakan itu.waktuu tiba dekat kuriyama koen, saya mengarahkan secara sadar. saya harus menghindari koen itu supaya hanifa tidak menuntut untuk mampir ke sana. saya lewat rumah-rumah dan gang kecil di belakang inageya. daerah yang belum pernah saya datangi. di sana ada kebun bonsai. satu halaman luas yang dipenuhi meja berisi pohon-pohon kerdil yang berusia tua. saya tidak berani terlalu jauh, saya kembali berbalik lewat jalan yang lain dan akhirnya mampir ke nagasakiya. ternyata free
hari ini pembukaan pameran buku tokyo. hujan. saya akan datang, berangkat dari rumah pukul sepuluh. seingat saya hari pertama pameran itu selalu hujan, sejak saya pertama menghadirinya tahun duaribu. stephen wolfram, seorang jenius. umur lima belas dia sudah menulis makalah ilmiah di sebuah jurnal. umur dua puluh dia sudah menyelesaikan phd. dia kini berumur empat puluhan, pelopor studi ttg automata, merancang software mathematica. dia berkeyakinan seluruh alam semesta pada akhirnya dapat diformulasikan dalam sebauh persamaan matematika. kalau dia berhasil menemukan itu dia tentu akan setara dengan einstein dalam ingatan umat manusia. mas budi pesan mencarikan buku panduan mathematica yang ditulis wolfram di pameran buku. tapi saya tidak berhasil menemukannya. saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di pojok bargain buku asing itu dalam kunjungan tadi pagi. hampir tiga jam saya berada di ruang pameran. saya kira hany lima belas menit saya melewatkannya di luar pojok itu, wakt
sebuah hari baru, lagi. ketika hari masih pagi saya begitu penuh pengharapan. saya mengira hari ini akan ada kesempatan bagi saya untuk melakukan sesuatu yang besar. sesuatu yang akan mengubah hidup saya, sebuah belokan dari jalur yang telah saya tempuh selama ini. saya membayangkan di hadapan saya terbentang kesempatan itu, menunggu saya mendatanginya dan melakukan keajaiban. masuk tengah hari pengharapan itu belum tampak wujudnya. saya seperti menunggu untuk menggerakkan diri ke sana tapi begitu banyak kesibukan dan urusan lain yang menyita perhatian dan tenaga saya. pelan-pelan saya merasakan pudarnya harapan besar pagi tadi. ketika matahari beranjak turun dari puncak langit, saya kembali ke keadaan yang sama seperti hari sebelumnya. hari ini ternyata bukan kesempatan bagi perubahan besar itu. saya mesti menunggu esok lagi. malam ingin cepat dikejar agar saya segera tiba di pagi yang penuh harapan. bumi terus berputar. hari ini berulang, seragam. membentuk tahun, menambah um

Bahasa dan Kekerasan

Anak salah seorang teman saya sangat senang memukul. Orang bilang anak itu seperti gatal tangannya kalau tidak diayunkan untuk memukul anak lain. Saya lihat di antara anak-anak teman saya, hanya dia yang berperilaku seperti itu.  Anak itu berusia dua tahun, belum bisa bicara dan masih ngedot botol susu. Saya menduga, dia suka memukul karena kurang diajak bicara. Selain juga, barangkali, karena mendapat contoh dari orangtua.  Pemicunya, seperti biasa di antara anak-anak, adalah rebutan mainan. Jika tidak diberi, tangannya dengan cepat memukul kawannya dengan bertubi-tubi. Kawan yang dipukulinya sudah menangis hebat ketika ibu si anak itu datang melerai.  Apa yang dilakukan si ibu setelah itu? Dia menjewer telinga anaknya dan menyuruh dia minta maaf. Anak itu akan datang kepada kawannya yang sudah berurai airmata dan lelehan ingus itu, mendekatkan muka ke wajah yang meringis itu sambil bilang gomen ne , bahkan kadang mencium pipi kawannya yang menangis.  Orang-orang dewasa di sekitarnya