Pukul dua

huh, terlalu gampang kalian jatuh tertidur

sementara aku termenung di sini

iri mendengar tarikan napas teratur

dalam nyenyak yang tak kunjung hinggap di mataku

kalian entah sudah di mana

menapak tak berjejak di dunia tak terpeta

mungkin ingin yang tak teraih siang tadi

kini telah tergenggam di jemari

mata kalian terkatup

bibir kadang menyungging senyum,

atau menegang menampakkan kecewa

nyaris menangis tanpa suara

atau mengeluarkan bunyi mirip sepatah kata

aku hanya bisa rindu akan kelelapan yang serupa

karena kantuk masih belum tiba

meski jam telah berdentang pukul dua

aku tahu kalau berkah ketaksadaran itu

belum juga kuraih dalam satu jam ini

aku takkan bertenaga memenuhi janji

dengan kalian esok pagi

atau untuk ikut berlari di sepanjang hari

menemani kalian ke sana kemari

siapa itu yang bilang

agar kantuk lekas datang

gerakkan ujung jari kaki berkali-kali

hm, baiklah mari kucoba lagi

Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pidi Baiq dan Karya-karyanya

Pemberontakan seorang "Freelance Monotheist"