Mesin Ketik

Betapa jauh sudah kita meninggalkan dunia mesin ketik. Bagi saya sendiri, terakhir menggunakan alat berisik itu, kalau tidak salah, lebih dari dua puluh tahun lalu, ketika menulis tugas di kelas 3 SMA. Benda itu sendiri sekarang sudah tidak ada lagi di sekitar saya, sudah lama tidak melihatnya; kalau pun ada pasti sudah berselaput debu tebal karena tak pernah disentuh. Maka tertegunlah saya tadi pagi melihat seorang bapak tua dengan telaten memperbaiki sebuah mesin ketik tua di halaman depan rumahnya. Beberapa tungkai hurufnya terentang seperti kerangka fosil tua di padang gurun. Ringkihnya mesin itu seperti sepadan dengan kakek itu. Hmm, mungkin dia membutuhkannya untuk mengisi formulir urusan administrasi ini-itu di kelurahan, pikir saya. Tapi ada satu yang bisa saya mengerti, kenikmatan merawat barang yang dulu pernah menjadi penting, rasa senang ketika berhasil memperbaiki sesuatu yang rusak. Walaupun mesin ketik itu akan kembali menghuni pojok berdebu setelah itu, kepuasan yang dirasakan si kakek barangkali akan menambah kesehatannya hari ini, kebahagiannya esok, dan akhirnya menambah panjang umurnya. Alasan yang sah untuk sebuah "kesia-siaan".

Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya