i-Quote

Dalam The Myth of Sisyphus (1942), Camus menunjukkan bahwa peniadaan Tuhan memerlukan perjuangan seumur hidup dan tanpa harapan yang mustahil untuk dirasionalisasi. Dalam kegairahannya pada kehidupan dan kebenciannya pada kematian, Sisifus, raja Korintus kuno, telah menantang para dewa, dan hukumannya adalah keterlibatan kekal dalam tugas yang sia-sia: setiap hari ia harus mendorong sebuah batu menaiki punggung gunung, tetapi ketika mencapai puncaknya, batu itu menggelinding turun, sehingga keesokan harinya ia harus mulai dari awal lagi. Inilah gambaran absurditas kehidupan manusia, yang bahkan kematian tidak menawarkan pembebasan darinya. Dapatkah kita bahagia jika mengetahui bahwa kita sudah kalah sebelum memulai? Jika kita membuat upaya heroik untuk menciptakan makna kita sendiri dalam menghadapi kematian dan absurditas, Camus menyimpulkan, kebahagiaan itu mungkin. (Karen Armstrong, The Case for God)


Keindahan lahiriah bagi manusia biasa adalah pemberian Tuhan, terutama ketika seseorang masih belia. Ketika semakin tua, tindakan-tindakan kita yang didasarkan pada pilihan dan kehendak bebas akan semakin tercermin pada penampilan luar kita. Kecantikan batin, dalam kasus orang-orang yang memiliki keindahan seperti itu, mulai mendominasi tampilan luar. Sementara keindahan lahiriah pemberian Tuhan akan semakin memudar. (Seyyed Hossein Nasr, The Garden of Truth )

Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pesan dari Capernaum

Pidi Baiq dan Karya-karyanya