Yang Mengeluh dan Yang Merasa Beruntung
Apa yang menyibukkan pikiranmu hari ini? Aku kenal seorang pengeluh profesional, atau mungkin semi-profesional, karena dia tidak pernah mengirimkan surat pembaca atau menggalang demonstrasi negatif, hanya mengeluh dan menyuarakan keluhannya kepada orang-orang yang ada di dekatnya, entah secara langsung atau melalui jaringan sosial media.
Aku bisa menebak, ketika kau bertanya "apa kabar?" atau "apa yang menyibukkan pikiranmu hari ini?", maka dengan sigap otaknya memasok satu keluhan kecil, entah apa pun itu. Bisa jadi cuaca yang panas atau hujan, kemacetan lalu lintas, suara knalpot dan klakson yang mengganggu, harga-harga yang mahal, penerbangan yang telat, tarif listrik yang terus naik, tetangga yang terlalu berisik, pekerjaan yang terlalu banyak. Ada saja.
Otaknya sudah begitu terlatih untuk mengeluh, sehingga lambat untuk melihat hal positif dan sangat cepat untuk melihat hal-hal yang bisa dikeluhkan yang ada di sekitarnya. Berada di dekat orang seperti ini pasti membuatmu merasa bersalah. Sulit untuk membuatnya gembira. Sulit membuatnya merasa bersyukur.
Apakah memang ada orang tak pernah merasa beruntung, apakah memang ada orang yang begitu malang sehingga tak bisa merasa pantas bersyukur, lalu berbagi hal positif dengan orang-orang di sekitarnya, lalu memilih untuk hanya membagi hal positif dan meninggalkan keluhan-keluhan kecil yang negatif, dan menjadikan itu kebiasaan yang melekat: hanya membagi hal positif.
Apa yang kita ulang-ulang secara mental lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Tak lama lagi kebiasaan berbagi hal negatif itu akan meracunimu dan kau akan mati selagi masih hidup, meskipun kau masih berjalan, makan, tidur dan berusaha sedikit bersenang-senang.
Tinggalkan kebiasaan mengeluh, pilihlah untuk selalu berbagi hal positif di tengah segala keluhan yang menyesaki pikiranmu. Berjalanlah ke depan.
Aku bisa menebak, ketika kau bertanya "apa kabar?" atau "apa yang menyibukkan pikiranmu hari ini?", maka dengan sigap otaknya memasok satu keluhan kecil, entah apa pun itu. Bisa jadi cuaca yang panas atau hujan, kemacetan lalu lintas, suara knalpot dan klakson yang mengganggu, harga-harga yang mahal, penerbangan yang telat, tarif listrik yang terus naik, tetangga yang terlalu berisik, pekerjaan yang terlalu banyak. Ada saja.
Otaknya sudah begitu terlatih untuk mengeluh, sehingga lambat untuk melihat hal positif dan sangat cepat untuk melihat hal-hal yang bisa dikeluhkan yang ada di sekitarnya. Berada di dekat orang seperti ini pasti membuatmu merasa bersalah. Sulit untuk membuatnya gembira. Sulit membuatnya merasa bersyukur.
Apakah memang ada orang tak pernah merasa beruntung, apakah memang ada orang yang begitu malang sehingga tak bisa merasa pantas bersyukur, lalu berbagi hal positif dengan orang-orang di sekitarnya, lalu memilih untuk hanya membagi hal positif dan meninggalkan keluhan-keluhan kecil yang negatif, dan menjadikan itu kebiasaan yang melekat: hanya membagi hal positif.
Apa yang kita ulang-ulang secara mental lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Tak lama lagi kebiasaan berbagi hal negatif itu akan meracunimu dan kau akan mati selagi masih hidup, meskipun kau masih berjalan, makan, tidur dan berusaha sedikit bersenang-senang.
Tinggalkan kebiasaan mengeluh, pilihlah untuk selalu berbagi hal positif di tengah segala keluhan yang menyesaki pikiranmu. Berjalanlah ke depan.
Komentar
Posting Komentar