Tiga Matra Perjalanan dalam Satu Buku



Dalam masa ketika bepergian sangat dibatasi seperti sekarang ini, perjalanan bukan berarti tak dapat dilakukan sama sekali. Karena sesungguhnya, perjalanan bukan hanya terbatas pada perjalanan fisik, yang berupa perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Perjalanan juga dapat dilakukan di dalam memorimelintasi waktu untuk melihat kembali hal-hal penting yang pernah kita alami, dan perjalanan di dalam batinmenjelajah ke dalam jiwa untuk menemukan kesejatian dan identitas diri.

Catatan perjalanan adalah suvenir terbaik dari sebuah perjalanan. Ketika perjalanan fisik tak mungkin dilakukan, membaca buku catatan perjalanan membawa kita menjelajah lebih jauh dari sekadar berpindah tempat. Tentu saja yang saya maksud bukan catatan dalam pengertian panduan untuk turis yang berisikan petunjuk teknis, cara cepat dan instan menjelajah suatu destinasi wisata, tempat-tempat wajib kunjung di suatu negara. 

Ketika membaca catatan perjalanan, yang ingin saya temukan adalah pengalaman sang pelancong berinteraksi dengan orang-orang yang ditemuinya, emosi yang dijalarkannya kepada pembaca ketika mengikuti kisah perjalanannya, cara pandang baru yang diperolehnya dari tempat yang memiliki kebiasaan dan aturan berbeda dari tempat dia berasal. 

Karena, seperti yang dituturkan dalam kutipan terkenal mengenai perjalanan dari Henry Miller, "Destinasimu bukanlah sebuah tempat, melainkan sebuah cara baru untuk melihat berbagai hal."

My Malaysian Tales yang ditulis oleh Stefano Romano menyuguhkan pengalaman itu bagi pembaca. Terungkap sejak pembuka bab pertama "Bagi saya, tempat terutama adalah orang-orang yang saya temui. Saya belajar lebih banyak dari perjumpaan yang saya alami dibandingkan dari buku-buku yang saya baca."  

Kisah-kisah perjalanan dalam buku ini membawa kita masuk ke beragam pengalaman perjumpaan itu. Dimulai dari bagaimana penulis berupaya memahami definisi "Orang Melayu", bagaimana sebuah pasar di Kelantan dapat menunjukkan kekuatan kaum perempuan di dalam masyarakat Melayu, bagaimana masyarakat multietnis di Malaysia merayakan berbagai peristiwa budaya dan agama secara bersama-sama. Apa itu adat, dan rumah adat. 

Beberapa bab membawa kita ke sisi yang lebih intim dan personal, kegundahan yang dirasakan penulis menjalani hari-harinya yang terasa kadang berat selama satu setengah tahun tinggalnya di sana, saat-saat sendiri yang melambungkan imajinasinya seolah ingin terbang bersama awan. Atau, episode kehilangan seorang anak pasien di rumah sakit di Kota Bharu mengaitkannya kembali ke emosi dari pengalaman serupa di masa lalu. 

Ada sekitar 186 foto penuh warna yang mengiringi perjalanan kita. Mata kita pun dipuaskan melihat berbagai sisi kehidupan di negeri ini, mulai dari potret orang sehari-hari, pemandangan alam, hingga perayaan dan festival.

Seperti yang dikatakan oleh penulis perjalanan terkenal Paul Theroux, "Buku perjalanan adalah tindakan yang disengaja, seperti melakukan perjalanan itu sendiri." Maka, membaca My Malaysian Tales memberi kepada pembaca ketiga matra perjalanan itu sekaligus: perjalanan fisik, memori dan batin. Pada masa ketika pergerakan sangat terbatas, membaca buku catatan perjalanan ini adalah sebuah pengalaman yang memperkaya jiwa, memberi sudut pandang baru, menyegarkan dahaga akan perjalanan yang bermakna.



154 pages/ Paperback/ 186 fullcolor photos/ 
Language: English/ ISBN: 978-1-716-47176-6 


Komentar

  1. Baca review ini, buat saya lagi tak sabar tunggu buku ini sampai di Kuala Lumpur.😅😅

    BalasHapus

Posting Komentar

Populer

"Memento Vivere"

Pemberontakan seorang "Freelance Monotheist"

Pidi Baiq dan Karya-karyanya