Postingan

Menampilkan postingan dengan label baca

The Garden of Truth

Gambar
Pagi ini saya berjumpa ujaran bijak dari Seyyed Hossein Nasr dalam buku "The Garden of Truth". Buku ini saya terjemahkan untuk Penerbit Mizan dan diterbitkan pada 2010. Subjudulnya menjelaskan dengan baik tentang apa isi buku ini: mereguk intisari tasawuf. Seandainya kau tahu betapa buku-buku itu sungguh menyimpan mutiara penyegar pikiran pelipur hati seperti ini, takkan mungkin kalian jadi malas membaca. "Keindahan lahiriah bagi manusia biasa adalah anugerah Tuhan, terutama ketika seseorang masih belia. Ketika semakin tua, tindakan-tindakan kita yang didasarkan pada pilihan dan kehendak bebas akan s emakin tercermin pada penampilan luar kita. Kecantikan batin, dalam kasus orang-orang yang memiliki keindahan seperti itu, mulai mendominasi tampilan luar. Sementara keindahan lahiriah pemberian Tuhan akan semakin memudar."

Shikibu Murasaki

Gambar
Kehidupan dalam istana kerajaan Jepang zaman Heian (794-1192) sungguh tak menguntungkan bagi kaum wanita. Seperti di banyak kerajaan lainnya, para wanita keluarga raja sangat dijaga. Hidup mereka penuh aturan dan batasan. Dunia di luar istana nyaris tak mereka kenali. Mereka hanya boleh keluar ketika ada acara pesta rakyat. Pendidikan yang mereka dapatkan pun terbatas. Hanya sedikit di antara mereka yang bisa membaca dan menulis.  Dalam suasana seperti inilah lahir novelis wanita pertama dunia, Shikibu Murasaki. Dialah penulis Genji Monogatari (Kisah Genji) , karya novel pertama dalam sejarah.   Shikibu Murasaki menyelesaikan novel ini pada 1011. Ceritanya berlatarkan kehidupan istana Heian Kyoto pada masa itu. Murasaki bukanlah nama asli penulisnya, tetapi diambil dari nama tokoh wanita di dalam novel itu. Tak banyak yang diketahui tentang dirinya kecuali bahwa dia adalah istri Fujiwara Nobutaka, anggota keluarga aristokrat Kyoto yang wafat pada 1001. Murasaki rajin menulis catatan h

The Tunnel of Chu Chi

Gambar
GERILYAWAN BAWAH TANAH Gelap. Dingin. Terowongan bawah tanah itu seakan tak berujung. Sersan Arnold Gutierrez merayap masuk. Otot-ototnya serasa beku karena cengkeraman rasa takut. Sorotan senternya menyingkap hanya beberapa meter ke depan. Sungguh ironis, pikirnya. Cahaya senter yang membantunya menghindari titik-titik perangkap dalam lorong sempit yang gelap itu, justru menjadi petunjuk bagi musuh untuk mengarahkan tembakan jitu. Saat itu April 1966. Sudah empat bulan berlalu sejak pasukan Operasi Crimp AS diturunkan ke Vietnam. Sejauh ini belum banyak yang berhasil dilakukan 8000 tentara berperalatan lengkap itu. Viet Cong bergerilya dengan cara yang tak pernah dihadapi pasukan AS dalam perang mana pun. Mereka muncul dan menghilang dengan cepat dan misterius. Komandan Batalion I, Letkol Robert Haldane, baru menyadari ini dalam pertempuran yang mereka lakukan di perkebunan karet pinggiran kota Cu Chi. Tentara Viet Cong yang terlihat di sela-sela pohon karet tiba-tiba lenyap dari

Kota Buku Kanda Jimbocho

Gambar
MENYUSURI Yasukuni-dori di Kanda-Jimbocho bagaikan masuk ke masa silam Tokyo. Meski berada di tengah kota, wilayah itu jauh dari suasana metropolitan. Bangunan-bangunan tua dari masa sebelum Perang Dunia II berjejer di kiri kanan jalan. Di beberapa tempat tampak warung sake gaya lama dengan kendi-kendi putih besar bertumpuk di depan pintunya. Inilah bagian kota lama Tokyo, wilayah yang pernah terselamatkan dari pengeboman tentara sekutu pada Perang Pasifik 1941 lantaran aset buku-buku berharga di atasnya. Di sinilah terletak kota buku Jimbocho--pusat perdagangan buku Jepang yang sudah aktif semenjak abad kesembilan belas. Sisi selatan jalan itu adalah rumah bagi sekitar 136 toko buku tua, buku langka dan buku bekas, 30 toko buku baru, 25 agen distribusi, dan sejumlah besar perusahaan penerbitan dan editing. Buku adalah mesin waktu. Buku bekas dan buku antik dijual di sepanjang jalan wilayah Kanda-Jimbocho. Foto (c) Nick D. Wikimedia Commons  Tumpukan dan pajangan buku tampak

Cikored

Gambar
Jalan menuju Desa Cikored, melewati Curug Batu Templek Hari ini, Minggu 27 Januari 2019, pertama kali saya ikut mengajar di Cikored untuk kelas menulis anak-anak yang dikelola Yayasan Odesa. Lokasi baru ini letaknya jauh tersembunyi di lekukan bukit. Jalan menuju ke sana panjang berliku, naik turun curam dan terjal. Kegiatan belajar dilaksanakan di sebuah rumah kecil yang di halamannya ada kandang kambing, ayam dan kelinci, menghadap ke lembah yang ditanami sayur-mayur. Kelas hari itu dihadiri oleh delapan anak dengan rentang usia kelas 1 hingga kelas 6 SD. Biasanya jumlah peserta di kelas minggu yang baru dibuka pada Desember 2018 ini diikuti hingga dua puluh anak. Namun setiap kali pertemuan jumlahnya selalu bervariasi. Ada yang tidak datang karena alasan jarak yang jauh, ada kegiatan lain, harus membantu orangtua, sudah datang tapi pergi lagi. Dan bermacam alasan lainnya. Hari itu anak-anak belajar untuk membuat kalimat berima. Mereka bermain mencari kosakata yang memi

Perpustakaan

Gambar
Perpustakaan Erasmus Huis, Jakarta. 23 September 2017 BERKUNJUNG ke perpustakaan adalah sebuah kegiatan yang gemar saya lakukan bersama anak saya sejak dia berusia satu tahun. Dia senang bermain dengan buku, membolak-balik halamannya yang penuh gambar berwarna atau sekadar menggigit-gigit kertasnya yang tebal. Ketika kami tinggal di Koganei, Tokyo, lokasi perpustakaan itu  dapat ditempuh dengan lima belas menit bersepeda dari rumah. Setibanya di sana saya biasanya langsung naik ke lantai dua yang dikhususkan untuk anak-anak, tanpa keharusan menitipkan tas di pintu masuk. Di lantai dua itu terdapat panggung kayu setinggi kira-kira dua puluh centimeter untuk tempat bermain dan membacakan buku bagi anak-anak balita. Panggung seluas empat meter persegi itu terletak di salah satu pojok ruangan. Sepanjang dua sisi panggung yang menempel ke dinding berjejer rak pendek penuh buku cerita bergambar. Di depannya terdapat beberapa kotak kayu berisi buku-buku untuk anak di atas satu tahun, sepert

Manuskrip yang Ditemukan di Accra (Paulo Coelho)

Gambar
Harapan saya terlalu berlebihan untuk buku ini. Melihat judulnya, saya berharap mendapatkan kisah fiksi historis seputar penemuan naskah kuno itu. Tapi rupanya harapan saya salah tempat. Coelho tentu saja bukan penulis genre fiksi historis. Dia adalah penulis roman spiritualis abstrak, seperti yang ditunjukkannya dalam novel Zahir, atau kisah kontemporer simbolis seperti yang kita temukan dalam The Winner Stands Alone. Novel tipis ini ternyata berisikan kristal-kristal permenungan Coelho, kalimat-kalimat manis siap-kutip tentang kekalahan kesendirian arah tujuan ketakutan, dan tentu saja cinta. Setiap bab dibuka dengan pertanyaan seseorang kepada Sang Guru yang barangkali adalah Yesus sendiri. Isi bab adalah jawaban yang diberikan Sang Guru.  Seluruh buku diposisikan sebagai salinan apa adanya dari naskah kuno yang ditemukan dua bersaudara di dalam gua di wilayah Hamra Don pada Desember 1945.  Penemuan naskah ini hanya menjadi bingkai. Tidak ada satu alur cerita yang menya

Children and Books: Start Early, Stay Long

Gambar

Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan

Gambar
Agustinus WIbowo  Senang rasanya menamatkan Titik Nol . Buku ini pertama mulai saya buka pada Agustus dan baru selesai dibaca Desember 2013. Mengapa begitu lama untuk bacaan selezat ini? Saya suka berlambat-lambat untuk membaca buku Agustinus Wibowo.  Dua buku sebelumnya dari pengarang yang sama, Selimut Debu dan Garis Batas , juga baru habis saya baca dalam tempo lebih dari tiga bulan. Rasanya enggan berpisah cepat-cepat dengan kisah yang dituliskannya. Saya suka baca ulang bagian-bagian tertentu, sebelum melanjutkan ke bagian lain. Saya menikmati setiap kalimat yang dituliskannya, setiap paragraf yang membentuk bangunan ceritanya. Agustinus seorang penulis sangat apik. Dia peka terhadap psikologi pembaca. Saya tak bertemu rasa bosan di sepanjang buku setebal lebih dari 500-an halaman ini. Dia sering menggunakan kalimat bersajak, perumpamaan yang kreatif, deskripsi yang penuh warna.  Bukan hanya pengalamannya yang luar biasa, cara dia menceritakannya pun istimewa. Penggalan penga

9 dari Nadira

Gambar
Nadira mungkin bukan sosok yang sulit dijumpai di tengah-tengah kita. Seorang wanita yang "sejak kematian ibunya memandang segala sesuatu di mukanya tanpa warna." Baginya semua tampak kusam dan kelabu, namun kisahnya menjadi rangkaian sembilan cerpen yang hidup di tangan Leila S Chudori. Telah berbilang dua puluh tahun sejak kumpulan cerpen pertamanya Malam Terakhir (Pustaka Utama Grafiti, 1989), Oktober tahun lalu Leila menghadirkan kumpulan cerpennya yang kedua 9 dari Nadira (KPG, 2009). Sesuai judulnya, ada sembilan cerpen yang terangkum di dalam buku ini, berkisah seputar kehidupan tokoh utamanya Nadira, seorang wartawati sebuah majalah mingguan di Jakarta. Cerpen-cerpen ini tidak tampil sebagai fragmen-fragmen lepas, melainkan saling terkait satu sama lain dengan gaya penceritaan yang realis. Semuanya menyangkut Nadira meski diceritakan dengan tokoh sudut pandang yang berganti-gant. Masing-masing cerita tetap mempertahankan ciri sebagai cerita pendek sekaligus ‘berc

Silent Night dan Bumi yang tak pernah lupa

Gambar
Saya menyelesaikan Silent Night dari Mary Higgins Clark dalam empat jam. Genre suspense . cerita manhunt dengan seting waktu sekitar malam natal. Saya teringat Sandra Brown. Mirip-mirip begitulah struktur ceritanya. Dengan POV jamak dan akhir adegan yang dibiarkan menggantung, pembaca dibuat khawatir tentang nasib orang baik yang ada di tangan si orang jahat.  Bbunga narcissus pertama mekar di halaman belakang. Agak terlambat dibanding yang ada di halaman  ibu Mizutani di sebelah. Tanah tempat saya menanamnya bertemu lantai semen sepuluh senti di bawah permukaannya. Hujan lebat dan angin kencang seharian kemarin sudah merontokkan banyak kuntum bunga narcissus ibu Mizutani, yang ada di halaman saya baru mekar. Tak ada pesaing untuk memudarkan pesonanya.  Well, what am I doing now. Thats my question. I keep doing things I told myself to stop doing. Thats kind of stupidity, isnt it.  Bumi tidak pernah melupakan apa yang kita berikan. musim panas tahun lalu, saya membuang biji melon di hal