Merah
Malam ini aku mengenakan pakaian berwarna merah. Ini bukan suatu yang luar biasa jika merah adalah warna kesukaanku. Tapi tidak, merah sesungguhnya adalah warna yang paling kubenci, sejak dulu. Tak pernah sekali pun aku mengenakan warna merah pada bagian mana pun dari tubuhku, bahkan untuk lipstik aku selalu memilih rona warna ungu. Sepatu kesukaanku selalu berwarna putih, dan tas tangan tak pernah berpindah dari warna kuning. Merah adalah musuhku. Ketika berusia sepuluh tahun, aku melihat warna merah darah di leher abangku. Seorang preman menusukkan pisau ke bagian tubuhnya yang paling genting itu setelah mereka adu mulut tentang seekor anjing yang lewat di depan warung tuak. Mereka sedang mabuk. Tak ada yang melerai mereka berkelahi, hari sudah larut malam. Tak ada orang lain yang tahu kecuali aku yang sedang duduk di teras rumahku yang tak terlalu jauh dari situ. Tirai depan warung tuak itu pun berwarna merah. Mereka tak pernah mengganti warna itu sekalipun musim mengecat menjelang