Haruki Murakami: Pemberontak Sastra Jepang
Haruki Murakami Suatu kali saya meminjam dua buku dari perpustakaan: Beauty and Sadness karya Yasunari Kawabata dan A Wild Sheep Chase karya Haruki Murakami. Dalam buku Kawabata, novelis Jepang yang pertama meraih Nobel Sasta pada 1968,saya bertemu keindahan formal yang menjadi ciri literatur Jepang masa pascaperang. Kuil eksotik dengan taman lumut yang teduh, kimono sutra elegan, upacara minum teh yang khidmat, geisha berpupur putih yang terampil meramu pembicaraan memikat dengan tamunya. Sebuah dunia yang halus dan penuh aroma nostalgik seperti mimpi yang indah. Ketika membuka halaman novel Murakami, gambaran stereotipikal Jepang sama sekali lenyap. Saya bagaikan terlontar jauh dari semua itu dan dibawa masuk ke sebuah dunia surealis yang misterius. Tak ada lagi kemolekan Jepang seperti yang tergambar dalam kartupos-kartupos. Tak ada puncak Fuji yang putih menjulang atau Sakura yang anggun di awal musim semi. Novel Murakami mengubah Jepang yang eksotik menjadi tempat ajaib