Postingan

midori senta no matsuri

festival tahunan balai desa. barangkali itulah istilah yang paling mendekati bagi kegiatan di midori centre kemarin. semua organisasi masyarakat yang menggunakan tempat ini sebagai tempat beraktivitas menampilkan hasil kegiatan mereka dalam festival tiga hari ini. acara hari sabtu dibuka dengan pertunjukan taiko di halaman depan. saya selalu terpukau dengan pertunjukan musik sederhana ini. dua tabuh besar masing-masing dipukul oleh dua orang mengharmonikan gerak dan pukulan, menghasilkan bunyi yang hampir seperti magis karena iramanya yang berulang dan bergelombang. bukan hanya tangan dan kaki mereka yang mengikuti gerak pukulan itu, kepala mereka pun bergoyang untuk membantu harmonisasi. seorang anak kecil menirukan gerak mereka di baris depan kerumunan penonton. saya tiba di sana sesaat sebelum pukul sepuluh. sepeda tidak bisa diparkir di tempat biasa karena halaman depan dipakai untuk pertunjukan taiko dan penjualan hasil pertanian. masuk ke dalam, orang-orang ramai berdesakan sejak

i-Rambling

pagi ini untuk sesaat sangat hening. tak ada bunyi kereta, lonceng pintu rel atau motor pengantar koran. gagak pun diam. suara dengkuran dari kamar sebelah juga sudah tidak sampai lagi ke telinga saya. seolah-olah tak ada makhluk lain di bumi ini yang terjaga kecuali saya. bayangkan kalau saya terdampar ke sebuah tempat yang benar-benar tak dihuni siapa pun. apakah saya akan merasa ada gunanya untuk terus bertahan hidup? barangkali saya akan berteman dengan binatang-binatang, tapi kalau bahkan binatang pun tidak ada, barangkali saya akan menikmati saja pemandangan yang ada. tumbuh-tumbuhan dan matahari, bulan dan bintang. tapi suasana hati saya akan sangat ditentukan oleh apa yang ada dalam ingatan saya. jika saya punya kenangan tentang hidup dalam lingkungan bermasyarakat, saya akan sangat merindukan untuk kembali berada di sana. saya akan punya daya dorong untuk mencari jalan kembali bertemu manusia. kalau saya tidak punya ingatan itu saya hanya akan didorong oleh kebutuhan fisik mak
hari ini latihan terakhir untuk acara midori senta matsuri. tidak ada belajar nihongo. para guru masih rapat ketika murid mulai berdatangan pukul setengah sebelas. kursi disusun berbeda, bukan membentuk kelompok-kelompok, tapi berjejer menghadap ke papan tulis, membelakangi pintu masuk. di depan dua meja disambung memanjang. latihan pertama adalah aisatsu. memperkenalkan tiga ucapan, konniciwa, arigatou, dan sayonara dalam berbagai bahasa. rupanya belum ada kesepakatan tentang tata pelaksanaannya. masih perlu diskusi dan uji coba beberapa kali untuk menghitung waktunya. betapa beragamnya bahasa dunia. betapa bikin kita ingin tahu dan bisa mengucapkannya. saya bersebelahan dengan orang rusia dan cina. rusia punya kata yang begitu panjang untuk ucapan selamat siangnya. berkali-kali mendengarnya saya tetap saja tidak bisa mengingatnya. bunyi ucapan bahasa turki dan tibet juga terasa aneh. orang-orang tertawa setiap kali gule-gule--sayonara versi turki-- diucapkan. mestinya orang erith
kalau saya melihat ke belakang, pada apa-apa yang saya kerjakan dan sikap kerja saya, saya akan mendapatkan dengan mudah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa saya bukanlah seorang yang konsisten. saya tidak cukup tekun mengejar sebuah tujuan. misalnya, saya pernah membaca habis buku kumpulan kolom quindlen. pada saat itu saya berniat akan belajar menulis kolom dengan mempelajari gayanya menulis. saya pernah mencatat tema-tema yang ingin saya tulis, saya menyebut saat itu sebagai saat yang penuh ide. tapi waktu berlalu dan ketertarikan saya berubah. tak satu pun yang ada didaftar itu berujud lebih jauh dari satu dua frasa. bukti lain yang adalah tumpukan print-out halaman web yang memenuhi rak buku saya. aesop fables, kumpulan kasus-kasus dilematis dari ethics institute, majalah time, fotokopian the palace thief dan artikel dari the guardian. semangat besar yang diredam oleh keterbatasan--waktu, kemauan, kemampuan. saya tidak konsisten mewujudkan keinginan. tidak tekun belajar. per
sebelum tidur kemarin malam, saya mencatat apa yang saya pikir perlu saya kerjakan pagi ini. saya merasa itu sebuah langkah yang membuat saya bersemangat bangun pagi. saya tidak lagi membuat alasan di saat jeda antara kantuk dan jaga untuk meneruskan sedikit lagi tidur saya. saya tidak menyediakan diri untuk keraguan itu karena sebelum tidur saya sudah menetapkan apa yang akan saya kerjakan. saya akan mencoba cara ini setiap malam. akan saya sediakan kertas dan pena di samping tempat tidur, dan saya catat apa yang saya harus kerjakan besok pagi agar semangat saya tetap terjaga.
ribut-ribut ruu sisdiknas di indonesia. pada awalnya saya tidak mengerti apa yang jadi persoalan. selama ini pendidikan agama di sekolah sudah menjalankan seperti yang disebutkan dalam ruu, sekolah menyediakan guru sesuai keyakinan agama masing-masing. saya tidak tahu apa yang salah di situ sampai saya membaca pengalaman seseorang di milis madia. dia seorang pastur. dia sudah menetapkan cita-cita itu sejak kecil. umur tujuh tahun dia masuk sekolah dasar negeri di tebet yang, karena hanya punya sedikit murid kristen, tidak bisa menyediakan guru kristen untuknya. dia lantas ikut kelas agama islam, ikut menghapal rukun islam, rukun iman, belajar mengaji dan menghapal juz amma. hingga umur tiga belas tahun dia belajar islam, tapi itu tidak mengubah cita-citanya. kini dia jadi tahu tentang islam dan tahu apa yang membuat orang islam marah apa yang menyakiti hati orang islam. bekal penting buat dia sebagai pastur. tamat sma dia masuk sekolah teologia. yang saya peroleh dari cerita pen